1 dari 5 Orang Indonesia ternyata alami obesitas!
Masyarakat modern adalah potret masyarakat yang sedentari. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tahun 2018 lalu, sebanyak 21,8% dari orang Indonesia mengalami kegemukan dan obesitas. Penyebabnya banyak, selain gaya hidup yang "mager" alias malas bergerak, sampai pola makan dan kebiasaan ngemil yang kurang sehat.
Pola makan tidak seimbang
Coba bayangkan, apakah cukup familiar dengan skema ini? Hari yang dimulai dengan sarapan pagi, di mana biasanya kita orang Indonesia kerap memilih mengonsumsi bubur ayam, nasi uduk atau nasi goreng yang tinggi karbohidrat dan tinggi lemak jenuh. Kemudian snack pagi yang termasuk gorengan seperti bakwan, cireng, cilok dan berbagai keripik. Makan siang biasanya nasi dan berbagai padanan lauk lengkap. Makan siang pun diikuti cemilan di siang hingga sore hari, sambil minum teh manis dan kopi susu ditemani pisang goreng, martabak sampai bakso. Makan malam pun biasanya nasi dengan lauk lengkap.
Pola makan seperti itu bila diimbangi dengan kegiatan sehari-hari yang aktif, seperti saat dulu nenek moyang kita bertani atau menggembala ternak di sawah dan kemana-mana berjalan kaki, tentunya meski tidak sehat paling tidak masih diiringi pembuangan kalori dan lemak berlebih lewat aktivitas intensitas tinggi. Sedangkan di masa kini? Kebanyakan masyarakat perkotaan hidup sedentari, bekerja sambil duduk di balik meja sepanjang hari, pembuangan kalori dan lemak minimal, pemasukannya maksimal. Mencari makanan dilakukan dengan pemesanan online, tinggal duduk manis menunggu santapan datang.
Apalagi di saat masa wabah pandemi kemudian transisi "New Normal", dengan semakin banyaknya orang yang kini mengutamakan bekerja dari rumah / "Work From Home" lewat bantuan internet, semakin mudah pula berat badan naik karena aktivitas makan dan ngemil yang semakin meningkat. Padahal, seiring bertambahnya berat badan dan lemak perut, semakin tinggi pula terkena risiko penyakit berat seperti diabetes / sakit gula, penyakit kardiovaskuler seperti serangan jantung dan stroke.
Nah, bagaimana caranya untuk mengatasi keinginan makan dan ngemil setiap saat, agar berat badan tetap terkontrol demi upaya hidup lebih sehat? Baca sampai tuntas artikel Generali berikut ini.
Fokuslah pada makanan dan nikmati setiap kunyahan
Makan atau ngemil sambil nonton TV atau sambil bekerja di depan komputer membuat kita tak fokus pada makanan. Akibatnya, kita tak sadar sudah seberapa banyak makanan yang masuk ke mulut. Tahu-tahu kita pun kaget, karena tiba-tiba kantong keripik kentang sudah kosong tandas!
Saat sedang makan, apapun itu baik makan besar ataupun ngemil, fokuslah pada makanan. Tinggalkan dulu kegiatan yang sedang dikerjakan, nikmati setiap kunyahan dan lihat seberapa banyak makanan sudah tertelan. Bahkan ada hasil riset yang menyatakan bahwa makan sambil mengerjakan hal lainnya dapat membuat kita menyantap 70% lebih banyak makanan, lho!
Mengapa setiap rumah dianjurkan memiliki ruang khusus dan meja makan? Tujuannya agar kamu dan keluarga dapat menyisihkan waktu khusus saat makan, tanpa terganggu kegiatan lain. Sebuah studi yang dilakukan oleh Dr. Brian Wansink dari Cornell University di Amerika Serikat menemukan bahwa duduk makan di meja bersama seluruh keluarga dengan televisi dimatikan, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi berat badan serta kecenderungan gemuk pada seluruh keluarga.
Cukupi tidur dalam kualitas baik
Tidur yang nyenyak dalam jumlah cukup sangat berpengaruh menentukan mood sepanjang hari, mengatur tingkat energi dan menjaga agar kita tidak merasa kelaparan. Seberapa pentingnya tidur berkualitas baik bisa kamu simak di video dan artikel Generali Indonesia di tautan berikut ini.
Bila kamu ternyata punya masalah seputar tidur dengan nyaman, kamu bisa baca artikel bagaimana tingkatkan kualitas tidur di tautan Generali Healthy Living berikut ini.
Sebenarnya lapar atau haus, sih?
Pikiran kita sering salah mengartikan rasa haus sebagai rasa lapar. Bila tubuh kekurangan cairan, perasaan kosong di perut ini kadang membuat kita tersugesti harus makan. Nah, ketika merasa lapar, sebelum "menggragas" ada baiknya minum dulu segelas besar air putih dingin atau minuman hangat (teh celup atau kopi panas), lantas tunggu beberapa saat. Bila langsung merasa kenyang, maka ternyata rasa lapar itu hanyalah manifestasi bahwa tubuh perlu minum air. Sedangkan bila tetap terasa lapar, barulah mulai makan.
Pandai memilih makanan dengan serat
Makanan yang mengandung kadar serat tinggi sanggup membuat perut terasa kenyang lebih lama dan tingkat energi stabil. Ini karena serat adalah jenis karbohidrat yang diserap tubuh pelan-pelan, tidak sekaligus. Bedakan dengan gula yang langsung diserap tubuh hingga membuat lonjakan energi jadi lebih pendek.
Untuk hindari kantuk, mager sekaligus kenyang lebih lama, bijaklah memilih asupan makanan. Saat sarapan, konsumsi gabungan protein, serat, vitamin dan mineral dari sumber alami: oat, roti gandum, yoghurt, buah-buahan dan telur. Beberapa tips sarapan sehat ala Generali dan resep smoothie buah yang kaya kebaikan bisa kamu jadikan sumber inspirasi sarapan sehatmu di pagi hari.
Sedangkan untuk makan siang dan malam, perbanyak sayur berdaun hijau ditemani dengan protein berlemak omega-3 (salmon, biji-bijian, kacang-kacangan) dan karbo berserat baik seperti nasi merah dan ubi.
Ngemil sesekali bukan dosa besar
Kalau sudah mempraktekkan pola makan sehat, sesekali ngemil tentunya tidak apa-apa. Supaya kamu juga happy, sesekali ngemil yang manis-manis sah-sah saja (kue-kue, roti basah, cookies, donat, boba, ya, kami pun mengerti kadang sebagai manusia biasa, kamu pun ingin makan yang seperti itu, kok!).
Meskipun begitu, sebaiknya ngemil junk food dibatasi seminggu sekali, ya. Di sisa waktunya, selalu siapkan opsi ngemil yang lebih sehat, seperti yoghurt dengan topping madu, buah-buahan segar, roti gandum, kacang almond atau keripik tempe oven. Lebih sehat, lebih baik!
Jaga kesehatanmu dan berikan perlindungan yang terbaik lewat Cristal dari Generali Indonesia. Cristal menjamin premi kembali 110% jika tidak klaim, uang pertanggungan hingga Rp 5 milyar dan perlindungan untuk 65 penyakit kritis serta angioplasty. Tertarik? Kamu bisa klik di tautan ini untuk menghubungi agen Generali yang terdekat di kotamu.