Daging Kurban: cara mengolah dan menyimpannya dengan tepat

Saat Idul Adha tiba, umat Muslim di seluruh dunia melaksanakan acara kurban. Sapi, kerbau dan kambing adalah dua jenis hewan yang paling sering dijadikan kurban di Indonesia.

Nah, iklim negeri kita yang berada di garis katulistiwa, adalah iklim tropis yang udaranya cukup panas dan kadar kelembabannya sangat tinggi. Karena itu, bahan makanan apapun mudah sekali rusak, apalagi daging-dagingan, baik itu produk dari hewan besar seperti sapi, kerbau dan kambing, unggas dan ayam maupun ikan.

Daging kurban lebih cepat rusak bila tidak segera disimpan dengan tepat

Saat hewan kurban disembelih, lalu dikuliti dan dagingnya dibagi-bagi menjadi porsi yang selanjutnya akan didistribusikan kepada pihak yang berkurban serta pihak-pihak yang menerima kurban, maka hasil kurban tersebut harus segera diolah dan disimpan dengan tepat. Atau, dimasak langsung ketika masih dalam keadaan segar.

Sebab, daging-dagingan hasil kurban yang dibiarkan di udara terbuka terlalu lama akan melalui proses oksidasi lebih cepat oleh suhu udara yang panas serta bakteri yang berkembang biak secara subur di cuaca lembab. Sedangkan, daging yang mulai busuk bisa berbahaya untuk dikonsumsi.

Mulai dari keracunan makanan oleh bakteri hingga komplikasi seperti dehidrasi parah yang mengharuskan orang untuk dirawat inap di rumah sakit, daging kurban yang tidak segera diolah atau disimpan dengan tepat bisa menimbulkan gangguan kesehatan.

Ini beberapa tips untuk mengolah dan menyimpan hasil kurban dengan tepat.

Mencegah lebih baik daripada mengobati

Mengolah dan menyimpan bahan makanan, terutama produk hewani dengan aman, dimulai dari beberapa langkah awal supaya semua proses berjalan dengan higienis.

Baik dagingnya maupun bagian jeroannya, semua hasil kurban sebaiknya ditangani dengan tepat sehingga penyimpanannya optimal dan ketika digunakan masih dalam keadaan baik.

Apa saja caranya? Yuk, baca sampai habis.

Ganti kantong plastik untuk distribusi hasil kurban sebelum disimpan

Hasil kurban dibagi-bagikan ke orang yang melakukan kurban sebanyak sepertiga, lalu ke kerabat dan tetangga sebanyak sepertiga dan sepertiga lagi untuk fakir miskin dan kaum dhuafa.

Saat mendistribusikan hasil kurban yang sudah dipotong, biasanya panitia penyembelihan kurban memasukkan daging ke dalam kantong plastik. Kantong plastik yang biasa dijumpai di mana-mana umumnya tidak steril, sehingga kurang higienis.

Jadi, saat menerima daging, sebaiknya ganti kantong plastiknya dengan wadah lain yang sudah dicuci bersih dan disterilkan dengan air mendidih. Usahakan menggunakan wadah yang memiliki tutup hingga daging dapat tersimpan dalam keadaan ditutup rapat di kulkas atau di freezer.

Daging kurban tidak perlu dicuci

Jangan mencuci hasil kurban, baik daging maupun jeroan, saat akan disimpan. Sebab, air keran di Indonesia tidak dapat diminum dan tidak bersifat steril. Sehingga masih mengandung bakteri. Berdasarkan European Food Safety Authority (EFSA) Journal (2016), air yang masuk ke pori-pori dalam hasil kurban akan membuatnya cepat busuk bila disimpan di dalam lemari es, dan bila disimpan di dalam freezer, maka saat dikeluarkan nanti dan mulai mencair, berpotensi lebih cepat menimbulkan jamur. Oleh karena itu, sangat tidak disarankan untuk mencuci baik daging-dagingan maupun jeroan.

Masukkan ke dalam freezer untuk masa simpan lebih lama

Daging segar hanya dapat bertahan 1-3 hari di dalam kulkas. Di dalam freezer daging mentah dapat bertahan hingga 6 bulan, asalkan freezer diatur pada suhu minimal -18 derajat Celcius atau lebih dingin lagi.

Cairkan daging dalam kulkas setelah dikeluarkan dari freezer

Saat mengeluarkan makanan dari freezer, apapun itu, termasuk daging-dagingan, maka cairkan dengan membiarkannya selama semalam suntuk di dalam kulkas. Sebaiknya hindari mencairkan produk hewani di luar ruangan, karena suhu panas dan cuaca lembab yang, lagi-lagi, akan menjadi tempat berkembang biak ideal bagi bakteri.

Porsikan daging sebelum dibekukan

Yang perlu diingat, saat sudah dikeluarkan dari freezer, maka bahan makanan apapun sebaiknya tidak dibekukan lagi, karena proses dikeluarkan dari freezer akan menyebabkan bahan pangan tersebut mulai mengalami proses oksidasi, sehingga berbahaya untuk kembali dibekukan lagi.

Porsikan dagingnya sesuai yang diinginkan, misalnya untuk sekali masak, sehingga saat mengeluarkan daging simpanan dari freezer tidak perlu mengeluarkan daging sebongkah besar melainkan hanya porsi yang akan dimakan saja.

Cuci tangan sebelum mengolah makanan apapun

Satu hal yang sangat penting ketika kamu ingin mengolah makanan adalah mencuci tangan sebelumnya. Tangan yang bersih membuat bahan pangan yang kamu olah juga terhindar dari kontaminasi bakteri.

Jangan sepelekan bakteri dari ponsel

Siapa yang sering memasak sambil melihat-lihat ponsel dan scrolling resep maupun media sosial? Semua orang rasanya, ya? Zaman sekarang, ponsel memang tidak terlepaskan dari hidup sehari-hari.

Jangan sepelekan bakteri dari ponsel sebab ternyata ponsel adalah salah satu barang terkotor di dunia. Karena itu, hindari memasak sambil scrolling ponsel. Atau, bersihkan dulu ponsel dengan desinfektan setiap hari, sebelum memasak sambil main ponsel.

Memasak dengan suhu tinggi

Bahan makanan sebaiknya dimasak dengan suhu tinggi, terutama daging-dagingan. Supaya bakteri dan patogen lainnya mati, masak makanan dengan suhu tinggi, lebih dari 70 derajat Celcius untuk mematikan bakteri semacam listeria atau E.coli.

Cara membedakan kesegaran produk hewani

Bagaimana cara membedakan kesegaran produk hewani, terutama daging-dagingan? Pertama-tama, lihat warnanya. Warna daging yang masih kemerahan menandakan produk tersebut masih segar. Sebaliknya, warna kecoklatan maupun kehitaman menandakan proses oksidasi pembusukan sudah mulai berlangsung.

Untuk jeroan, salah satu cara memilih jeroan yang segar adalah dengan memastikan warna jeroan tetap sama saat pertama kali dipotong, tidak direndam air, dan permukaannya lembab tidak berlumpur.

Kemudian, dari baunya. Umumnya, hasil produk hewani yang masih baik dan segar hanya sedikit berbau amis darah, tapi tidak berbau menyengat maupun beraroma busuk. Jadi, ketika produk hewani termasuk jeroan tersebut sudah berubah warna dan berbau, sebaiknya langsung dibuang dan jangan dimasak lagi, ya!

Generali Indonesia, selalu bersama kamu di setiap kesempatan, termasuk di saat hari raya kurban!

Generali Indonesia selalu setia menjadi partner tandem-mu di setiap fase kehidupan dan setiap kesempatan, termasuk di saat hari raya Idul Adha!

Simak tips-tips menarik dari Generali Healthy Living untuk mendampingi kamu saat hari raya kurban:

Anak muda sudah ikut kurban di usia 20an, kenapa enggak?

Yuk Mulai Sisihkan Tabungan Untuk Membeli Hewan Kurban

Sudah Siap Untuk Sedekah Kurban Tahun Depan? Begini Perhitungannya Menurut Syariat Islam

Share
love this article :