Setiap kali pemerintah mengumumkan kebijakan-kebijakan terkait pandemi Coronavirus COVID-2019, masyarakat Indonesia kerap dilanda fenomena "Panic Buying".
Apa itu “Panic Buying”?
Menurut Wikipedia, penjelasan dari Panic Buying adalah pembelian karena panik – atau "penimbunan berdasarkan rasa takut" – adalah tindakan membeli barang dalam jumlah besar untuk mengantisipasi suatu bencana, setelah bencana terjadi, atau untuk mengantisipasi kenaikan maupun penurunan harga.
Semenjak Maret 2020, masyarakat Indonesia sering terlibat aksi memborong sesuatu barang karena kekhawatiran berlebih pasokannya habis atau harganya melambung. Mulai dari masker dan hand sanitizer, sampai dengan tabung oksigen, bahkan susu merek Cap Beruang pun menghilang di pasaran, dan hanya dapat ditemui di online marketplace dengan harga yang dibandrol sangat tinggi, jauh lebih tinggi dari harga aslinya.
Saat PPKM, tak perlu Panic Buying! Sebaiknya, lakukan hal ini untuk antisipasi.
Mengatur pembelanjaan sebagai ganti “Panic Buying”
Senator Elizabeth Warren, salah satu mantan kandidat presiden Amerika Serikat tahun 2020, yang merupakan ahli penanganan kebangkrutan, menulis sebuah buku berjudul “All Your Worth: The Ultimate Lifetime Money Plan”, bersama putri sulungnya Amelia Warren Tyagi.
Buku ini mengajarkan teori pengaturan pembelanjaan, yang disebut teori 50 / 30 / 20. Diterbitkan pada tahun 2005, teori dalam buku ini sampai saat ini masih dianggap sebagai salah satu tips mengatur keuangan yang paling efektif dan intuitif.
Teori 50 / 30 / 20 ini diperuntukkan untuk kamu-kamu yang tak ingin terlalu pusing mengatur pemasukan hingga titik rupiah terakhir. Teori ini diciptakan untuk membantu mengatur supaya pendapatan bisa meng-cover kebutuhan bulananmu sekaligus tujuan-tujuan masa depan, tapi juga menyisakan cukup uang untuk menikmati hidup.
Setelah dikurangi pajak penghasilan, teori ini menganjurkan agar kamu dapat mengalokasikan pendapatanmu dengan pembagian seperti di bawah ini:
- 50%: Kebutuhan
- 20%: Tabungan, Asuransi dan Cicilan
- 30%: Hiburan
Bagaimana penerapannya dengan lebih jelas dan bagaimana menyiasati pengeluaran dengan bijak supaya tidak jadi korban Panic Buying?
50%: Kebutuhan
Menurut teori 50 / 30 / 20, separuh dari gaji atau pemasukanmu sebaiknya dialokasikan untuk membayar hal-hal yang kamu butuhkan untuk hidup.
Apa yang dianggap sebagai “Kebutuhan”? Ya, tentunya yang secara harafiah dibutuhkan untuk hidup sehari-hari. Termasuk dalam kategori kebutuhan ini adalah segala sesuatu yang, tanpanya, kamu tak bisa melanjutkan hidup seperti biasa. Contohnya, biaya tempat tinggal, makan sehari-hari, transportasi, serta air, listrik dan wifi / kuota paket internet.
Karena beberapa hal bisa dianggap ambigu, maka lihatlah beberapa contoh di bawah ini agar tidak keliru menentukan pos pengeluaran.
Beberapa contoh pengeluaran yang sedikit ambigu
Membayar kembali hutang-hutang
Setiap pemberi hutang, baik itu bank, institusi keuangan lain, fintech atau bahkan perorangan, pasti punya limit pembayaran minimum setiap bulannya. Nah, pembayaran minimum hutang-hutang ini harus dikategorikan sebagai “Kebutuhan”.
Sedangkan, pembayaran ekstra yang bisa kita lakukan agar pokok hutang dan bunganya dapat berkurang, yang bersifat opsional (tapi sebaiknya dilakukan juga supaya hutang cepat lunas seluruhnya), ini dihitung ke dalam kategori kedua yaitu 20% Tabungan, Asuransi dan Cicilan.
Kebutuhan ekstra
Teliti lagi semua pos kebutuhanmu, apakah betul-betul dibutuhkan atau sebetulnya sekedar tambahan saja?
Misalkan, bagi seseorang yang bekerja dari rumah dan butuh koneksi internet yang luar biasa cepat, maka koneksi internet ini masuk dalam kategori “Kebutuhan”. Sedangkan, bila wifi di rumah ternyata hanya dipakai sekedar nonton Netflix atau YouTube, berarti wifi tersebut bukan di kategori ini melainkan masuk ke kategori ketiga yaitu “30% Hiburan”.
Over budget?
Sudah selesai menelaah semua pos dalam kategori “Kebutuhan”? Nah, bila sudah dan ternyata budget masih sangat besar dan melebihi 50 persen penghasilan, maka sudah saatnya mempertimbangkan beberapa hal untuk menekan pengeluaran dalam kategori ini.
Misalnya? Mengurangi pemakaian listrik dengan hemat AC dan lampu. Kurangi pesan makan antar online yang menguras saldo setiap hari, masak sendiri di rumah tentunya jauh lebih hemat dan sehat. Menekan penggunaan bensin, lewat penggunaan transportasi umum atau kendaraan roda dua untuk berkomuter, alih-alih mobil. Atau, ganti mobil ber-CC besar yang boros dengan mobil kecil hemat bensin yang praktis.
Banyak cara untuk menghemat budget, kamu harus lebih teliti saja menyiasatinya.
Under budget?
Wah, ini sih jackpot! Sebelum berpikir untuk menggunakan sisa uangmu untuk belanja hal-hal yang bersifat sekunder bahkan tersier, pertimbangkan untuk mengalokasikan sisa uang ke dalam kategori “20% Tabungan, Asuransi dan Cicilan” untuk pastikan kamu punya lebih banyak simpanan uang dan sesedikit mungkin (bila bisa, NOL!) hutang yang harus dibayar.
20%: Tabungan, Asuransi dan Cicilan
Ini memang pos pengeluaran terkecil dalam teori 50 / 30 / 20, tapi ternyata merupakan faktor terpenting kedua dalam skema pengaturan finansial ini.
Sebab, memiliki tabungan yang cukup, menyisihkan “dana darurat” (sebaiknya berjumlah tiga kali pendapatan bulananmu), membayar hutang dan cicilan hingga lunas dan melindungi dirimu sendiri lewat proteksi asuransi adalah hal-hal yang sangat penting untuk persiapan masa depan nan cerah.
Bila kamu ternyata punya jumlah hutang cukup besar, atau merasa bahwa tabunganmu masih jauh dari harapan, ataupun belum punya perlindungan asuransi, kamu bisa usahakan mengurangi sedikit pengeluaran dari kategori “50% Kebutuhan” dan “30% Hiburan” untuk top up di kategori ini.
Satu nasihat yang bisa kami berikan: jangan terlalu strict juga, ya. Kelewat menekan pengeluaran di dua kategori lainnya akan sangat sulit dijalani dalam waktu lama.
Bagaimana cara menentukan prioritas?
Bila kamu punya hutang besar dan / atau tak memiliki dana darurat, sebaiknya inilah yang jadi prioritas. Selesaikan hutang dan siapkan dana darurat lebih dulu.
Setelah itu, fokuslah pada persiapan masa depan yaitu tabungan dan asuransi. Dua pos ini sebaiknya juga tak ditinggalkan sama sekali, ya, sebab keduanya penting sekali sebagai jaminan masa depan kelak.
Bedakan tabungan yang wajib dan tabungan yang bersifat opsional
Hati-hati menentukan kategori, ya. Dana darurat, tabungan masa depan dan asuransi, serta menabung untuk hal-hal penting (seperti menikah, membeli rumah atau asuransi pendidikan anak) masuk ke dalam kategori 20 persen ini.
Sedangkan tabungan untuk pergi berlibur, membeli gadget / ponsel idaman atau tas branded impian, harus dimasukkan ke dalam kategori “30% Hiburan”.
30%: Hiburan
Manusia biasa butuh hiburan. Apalagi manusia yang hidup di abad ke-21, dimana banyak sekali godaan dari semua arah: belanja online, rayuan teman, sampai iklan yang bertebaran di segala penjuru.
Karena itu, supaya niat mengatur keuangan dengan baik tetap bertahan dalam jangka panjang, dan kamu tak lantas kalap melakukan Panic Buying saat tergoda barang mewah yang sudah diidam-idamkan, sebaiknya kamu tetap menyisihkan sedikit uang untuk memanjakan dirimu.
Hiburan membuat seseorang lebih semangat bekerja, karena ada secercah harapan yang ditunggu-tunggu setelah lelah berkutat dengan kesibukan sehari-hari.
Bila ternyata kamu hingga saat ini kerap menghabiskan lebih dari 30 persen pendapatan setiap bulannya untuk kategori Hiburan, maka sekaranglah saat yang tepat untuk mengatur kategori ini supaya masuk ke dalam budget sebesar 30 persen yang dianjurkan.
Ini bisa kamu mulai dari pengeluaran yang tidak terlalu penting dan tidak akan membuat kamu merasa terlalu ngenes saat sudah tidak melakukannya lagi.
Memastikan bahwa kamu masih dalam rambu-rambu 50 persen dan 20 persen dalam dua kategori lainnya memang sangat penting. Bahkan, 30 persen Hiburan ini bisa sesekali kamu lewati bila memang sedang ada kepentingan urjen di dua kategori lainnya.
Tapi, tentu kamu sewajarnya tidak akan sanggup menahan keinginan dalam waktu lama, yang justru akan berakibat meningkatkan risiko Panic Buying suatu saat nanti. Karena itu, jangan ragu-ragu untuk mengizinkan diri mendapat kesenangan lewat hiburan yang kamu sukai, sebanyak 30 persen dari pendapatanmu, untuk hal apapun yang bisa membawa kebahagiaan untukmu. Karena, uang kan tidak dibawa sampai mati.
Bagaimana mulai terapkan teori 50 / 30 / 20 ini?
Mulailah dengan mencatat, lalu menghitung berapa pengeluaran bulananmu. Kemudian, masukkan masing-masing pengeluaran ke kategori yang cocok.
Gunakan laporan bulanan bank statement-mu untuk memastikan semua catatan pengeluaran sudah benar. Hindari menggunakan uang tunai terlalu banyak karena melacaknya lebih sulit, ketimbang membayar dengan gesekan kartu debit atau transfer yang otomatis tercatat dalam laporan transaksi bank.
Yuk, mulai dari sekarang, terapkan teori ini. Sehingga keuangan semakin teratur dan masa depan pun semakin cerah.
Ciptakan penghasilan pasifmu sendiri untuk masa depan
Memiliki penghasilan pasif merupakan salah satu cara mempersiapkan masa depan yang cerah.
Di Generali Indonesia, kami punya berbagai produk investasi yang bisa dipilih oleh nasabah. Solusinya pun tidak generik, tapi disesuaikan dengan profil nasabah: situasi keluarga, keadaan finansial, gaji bulanan hingga cita-cita yang ingin dicapai.
Selain itu, Generali Indonesia juga punya produk baru, yaitu BRAVO. Bagi kamu, perintis masa depan yang ingin kelola pendapatan secara optimal, BRAVO hadir untuk memperkenalkan cara baru dalam menabung dan berinvestasi. Dengan keunggulan tax benefit, kamu dapat menerima manfaat sebesar-besarnya dari setiap penghasilan yang kamu terima, sekaligus bisa menikmati berbagai kemudahan transaksi secara digital.
Yuk, lanjut cari tahu lebih lanjut mengenai program investasi apa yang cocok untukmu lewat tautan ini!