Pernah mendengar atau bahkan mengetahui apa itu hedonisme? Bagi sebagian orang, istilah tersebut tentu sudah tidak asing, bahkan dianggap buruk. Tidak jarang, perilaku seperti ini banyak dilakukan bahkan gaya hidup hedonisme influencer di social media banyak kita temui.
Pengertian Fenomena Hidup Hedonisme
Hedonisme berasal dari bahasa Yunani “hedone” yang berarti kesenangan. Dengan demikian, gaya hidup seperti ini lebih berfokus pada mencari kesenangan tanpa adanya batasan. Dalam bahasa Indonesia sendiri, hedonisme acapkali dikaitkan dengan hidup berfoya-foya.
Beberapa ahli berpendapat jika sifat hedonisme senantiasa berusaha menghindari hal-hal yang menyusahkan dengan memaksimalkan perasaan menyenangkan. Hedonisme hadir sebagai suatu doktrin yang menganggap jika kesenangan merupakan hal terpenting dalam hidup.
Gaya hidup hedonisme sendiri banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk salah satunya di media sosial. Kita tahu bahwa media sosial merupakan media eksistensi diri. Banyak hal kemudian dipamerkan, termasuk kehidupan yang seolah gemar bersenang-senang tanpa batas.
Influencer di media sosial tidak jarang memperlihatkan kehidupannya yang bermewah-mewah dan memamerkan barang-barang branded. Hal inilah yang kemudian membuat banyak orang terpengaruh dan ikut-ikutan menjalankan gaya hidup hedonisme tanpa memikirkan dampak jangka panjangnya.
Dampak Hedonisme Bagi Kehidupan Milenial
Perilaku hedonisme sendiri pada dasarnya memang merupakan perilaku yang buruk. Seseorang yang mempunyai perilaku seperti ini cenderung akan membuang-buang hartanya untuk kesenangan secara berlebihan. Yang pasti, perilaku seperti ini akan mendatangkan pengaruh terhadap gaya hidup generasi millenials seperti berikut.
1. Jadi pribadi yang konsumtif
Jika perilaku seperti ini kita terapkan, dampak yang secara nyata akan dialami adalah pengeluaran uang secara berlebih. Hal tersebut tentu akan menimbulkan pandangan kalau kita adalah orang yang boros alias konsumtif. Orang yang boros akan lebih mementingkan keinginan sendiri, yakni bersenang-senang.
Sejatinya, tidak ada salahnya jika kamu ingin mengeluarkan uang demi kesenangan pribadi, namun pastikan kamu peduli dengan lingkungan sekitar, termasuk memberi manfaat bagi orang lain. Jika ingin bersenang-senang, lakukan sesekali supaya keuangan tetap stabil.
2. Berisiko menimbulkan utang
Sifat boros dan konsumtif tidak jarang akan menimbulkan dampak lain, yakni menumpuknya utang. Utang dapat timbul karena ketidakmampuan dalam mengendalikan ambisi berbelanja. Ketika uang habis, tidak jarang pelaku hedonisme akan memilih alternatif seperti berutang.
Saat ini, ada banyak metode utang yang mudah ditemui, termasuk paylater. Jika dilakukan secara terus menerus, hutang ini tentu akan menumpuk dan sulit dibayar. Tentunya, hal tersebut akan membuatmu rugi dan menyesal di kemudian hari.
3. Tidak memiliki cukup dana darurat
Di masa saat ini dan mendatang, dana darurat merupakan hal yang sangat penting. Bagaimana tidak, jika kamu mempunyai uang simpanan, maka berbagai kondisi darurat dapat diantisipasi dengan baik. Bagi mereka yang lebih memilih hedonisme, dana darurat seperti ini tentu tidak terpikirkan sama sekali.
Hal tersebut karena uang yang dipunyai akan langsung habis dipakai untuk bersenang-senang. Padahal, kita belum tentu tahu apa yang terjadi setelahnya, apakah sakit, kecelakaan, bayar utang, dan sebagainya. Dengan demikian, pastikan kamu mendahulukan kebutuhan dibanding keinginan yang sifatnya sesaat supaya tidak timbul penyesalan.
Gaya Hidup Boros yang Harus Dihindari
Ada beberapa contoh perilaku hedonisme yang banyak terjadi di sekitar kita. Yang pasti, perilaku seperti ini dilakukan ketika orang tersebut lebih memilih perilaku hidup yang gemar menghamburkan uang. Berikut beberapa list gaya hidup yang boros (nongkrong di cafe, fomo, etc) yang banyak terjadi, bahkan mungkin sering kamu lakukan.
1. Gemar berbelanja mengikuti tren
Kamu cenderung orang yang selalu ingin mengikuti tren pakaian atau gaya hidup kekinian? Tentu saja hal tersebut bisa mendatangkan perilaku hedonisme, apalagi jika tidak terkontrol dengan baik. Ketika kamu lebih sering berbelanja barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan, hal tersebut juga dapat dikategorikan sebagai perilaku hedonisme.
2. Terus menerus nongkrong dan jajan
Kamu lebih sering nongkrong di café mahal atau restoran mewah? Jika sesekali, tidak masalah. Namun jika dilakukan terus menerus sehingga membuat uangmu habis, tentu hal ini dapat dianggap sebagai perilaku hedonisme. Makan memang merupakan kebutuhan pokok, namun jika uangmu habis hanya untuk membeli makanan mahal demi gengsi, hal tersebut tentu sama sekali tidak bijak.
3. Beli barang yang tidak diperlukan
Ketika membeli suatu barang, ada baiknya dipastikan dulu apakah kamu memang membutuhkan barang tersebut atau tidak. Jika hanya didasarkan pada kesenangan dan untuk koleksi saja, maka dapat dianggap sebagai sifat hedonisme. Misalnya kamu gemar membeli mobil atau tas mewah hanya untuk pajangan, tentu dapat diartikan sebagai sifat memboroskan uang demi kesenangan semata.
4. Senang-senang dengan berutang
Satu lagi daftar gaya hidup yang mencirikan hedonisme, yakni gemar bersenang-senang. Entah itu liburan, party di club, dan sebagainya. Terlebih jika uang bersenang-senang tersebut berasal dari utang, tentu saja hal tersebut dapat dikategorikan sebagai hedonisme.
Itulah beberapa hal terkait hedonisme yang mendatangkan pengaruh terhadap gaya hidup generasi millenials saat ini. Jika dibiarkan terus menerus, tidak ada lagi uang yang cukup untuk masa depanmu.