Cedera saat berolahraga tak hanya bisa terjadi pada atlit professional saja, lho! Kita pun bisa mengalaminya. Di seluruh dunia, setiap tahunnya jutaan orang menderita berbagai masalah kesehatan karena cedera saat olahraga. Apalagi bila kita berlatih olahraga sendiri di rumah tanpa pengawasan pelatih.

Mulai dari tulang yang patah atau retak, radang di siku lengan atau lutut, sampai keseleo, berbagai akibat tak menyenangkan yang dapat timbul karena cedera ketika melakukan olahraga favorit, bisa membuat aktivitas hidup kita jadi terganggu.

Bahkan, ada kasus dimana penderita harus sampai dioperasi untuk menangani masalah kesehatan yang timbul – karena itu, penting sekali untuk selalu melakukan langkah-langkah pencegahan terbaik setiap kali beraktivitas.

Ikuti beberapa saran dari dokter spesialis ahli olahraga untuk hindari cedera saat olahraga di rumah sendiri.

Pergelangan kaki atau tangan terkilir

Aduhhh, keseleo, sungguh tak menyenangkan! Semua yang rajin berolahraga tentunya sudah pernah sekali-dua kali mengalami terkilir di pergelangan kaki atau tangan.

Satu dari 10 ribu orang mengalami kejadian terkilir alias keseleo di pergelangan kaki atau tangan setiap harinya. Biasanya ini terjadi karena salah menapakkan kaki atau gerakan tangan memutar yang salah posisi.

Ketika kejadian terkilir, biasanya pergelangan yang cedera terasa sakit dan tak nyaman digerakkan. Lalu bagian tersebut mulai membengkak dan sulit digunakan untuk beraktivitas.

Keseleo bisa terjadi pada siapa saja, tapi paling umum ditemui pada jenis cabang olahraga yang banyak menggunakan kaki dan tangan untuk bergerak cepat – mulai dari bola basket, sepakbola hingga balet dan dansa.

Terkilir bisa berakibat serius: seperti dijelaskan para dokter spesialis ahli dari Klinik Ortopedi Olahraga London, kadang kasus terkilir bisa sekaligus mengakibatkan retak tulang atau robeknya ligamen – dua hal ini bisa menyebabkan cedera lebih serius – karena itu, penting untuk mengetahui cara menghindarinya.

Pencegahan: proaktif untuk selalu menggunakan perlengkapan olahraga yang tepat. Gunakan sepatu olahraga yang sesuai dengan jenis olahraganya: sepatu khusus futsal atau sepakbola, sepatu basket untuk bermain bola basket, serta sepatu balet untuk menari balet.

Selain itu, selalu lakukan pemanasan (stretching) dan pendinginan sebelum dan sesudah berolahraga. Pemanasan dan pendinginan membantu “membangunkan” otot-otot dan mempersiapkan tubuh untuk berolahraga.

Kemudian, selalu pahami batas kemampuan tubuh. Kenali limit kemampuan dan jangan paksakan tubuh untuk bekerja terlalu keras. Naikkan intensitas latihan sedikit demi sedikit dalam jangka waktu lama.

“Shin splint” – cedera tulang kering betis kaki

Nah, kalau cedera yang ini sering sekali dialami oleh para pecinta olahraga lari. Terutama bagi para pelari yang kerap menempuh trek dengan permukaan keras seperti beton atau aspal jalan raya.

Istilah medis dari jenis cedera ini adalah “medial tibial stress syndrome” (MTSS) atau dalam bahasa Inggris disebut “shin splint”.

“Shin splint” terjadi ketika otot, tendon, dan jaringan tulang di bagian betis terlalu banyak bekerja sehingga kemudian bengkak. Gejala utamanya adalah rasa nyeri pada betis yang merembet ke kaki.

MTSS bisa berakibat serius: meskipun kebanyakan kasus medial tibial stress syndrome yang terjadi pada pelari tidak terlalu serius, tetap saja perlu segera ditindaklanjuti. Sebab, bila tidak ditangani dengan benar, MTSS juga berpotensi untuk berkembang menjadi komplikasi yang lebih serius. Bahkan, di beberapa kasus MTSS yang tidak diobati ternyata menjadi penyebab dari kelumpuhan, lho.

Pencegahan: menggunakan peralatan olahraga lari yang tepat, terutama alas kaki yang menunjang serta melindungi kaki dengan baik. Lebih baik berinvestasi di sepasang sepatu lari yang berkualitas bagus (meskipun harganya biasanya cukup menguras kantong), ketimbang berisiko cedera di kemudian hari, kan?

Selain sepatu lari yang tepat, ada berbagai anjuran dari Sports Medicine Australia, lembaga yang merupakan “payung nasional utama” dari kedokteran olahraga dan sains olahraga di negeri Kanguru tersebut, untuk mencegah terjadinya MTSS.

Yang pertama, selalu kenali kemampuan diri sendiri. Jangan memaksakan untuk langsung berlari menempuh jarak jauh bak pelari marathon profesional bila belum terbiasa. Mulailah berlari dalam jarak dekat dan waktu singkat saja, kemudian pelan-pelan bangun ketahanan tubuh seiring rutin berlatih.

Rajin melakukan olahraga lain seperti berbagai jenis latihan kalistenik yang memperkuat otot kaki, keseimbangan dan fleksibilitas.

Kemudian, yang sebaiknya dilakukan adalah selalu memilih trek lari yang bagus – hindari terlalu sering lari di medan tempuh yang terlalu keras atau tidak rata, karena ini bisa memperburuk kondisi MTSS.

Nah, bila kondisi MTSS terjadi tapi yang mengalaminya bukan pelari, maka disarankan untuk menemui dokter spesialis ahli ortopedi di rumah sakit terdekat guna berkonsultasi. Dokter kemudian akan menganalisa gaya berjalan sang penderita MTSS lewat serangkaian teknik biomekanika untuk menentukan apa penyebab terjadinya kondisi ini dan bagaimana memperbaikinya.

“Tennis elbow” – cedera siku lengan

Disebabkan oleh inflamasi / pembengkakan bagian tendon di siku lengan, “tennis elbow” tak hanya dialami oleh para pecinta olahraga tenis, tapi juga para gym mania yang hobi angkat beban, pemain bulu tangkis dan pegolf.

Tennis elbow adalah kondisi peradangan yang menyebabkan rasa sakit pada siku bagian luar, karena penggunaan siku yang berlebihan dan berulang-ulang.

Kondisi ini terjadi akibat tekanan yang berlebihan pada otot dan jaringan ikat yang menghubungkan otot dengan tulang (tendon) di lengan bawah sekitar siku. Penderita tennis elbow merasakan nyeri saat meluruskan lengan, yang bisa menjalar dari siku hingga ke lengan bawah. Istilah medisnya adalah “epikondilitis lateral”.

Gejala tennis elbow jarang menyebabkan gangguan kesehatan yang serius: tetapi bila dibiarkan tidak tertangani, gejala akan mengganggu aktivitas sehari-hari, mulai dari mengangkat, menekuk atau meluruskan tangan, berjabat tangan, menulis, atau menggenggam benda-benda kecil ataupun memutar pergelangan tangan.

Tennis elbow umumnya bisa disembuhkan tanpa harus menjalani pengobatan berat. Penderita disarankan mengistirahatkan otot dan tendon daerah siku, serta memberi kompres di area yang nyeri dengan kantong es untuk mengurangi nyeri dan peradangan. Dokter dapat meresepkan obat, seperti diclofenac atau ibuprofen, untuk membantu mengurangi nyeri dan pembengkakan.

Segera periksakan diri ke dokter jika gejala tidak membaik meski sudah diobati dengan obat pereda nyeri, atau bila lengan menjadi lemah dan kaku.

Pencegahan: selalu gunakan peralatan yang tepat dan cocok dengan ukuran tubuh (tinggi badan, berat badan) serta sesuai dengan kemampuan kekuatan. Selalu lakukan pemanasan sebelum berolahraga dan pendinginan setelah selesai latihan.

Tidak berlatih secara berlebihan, memahami kemampuan diri sendiri dan memberikan kesempatan untuk tubuh beristirahat dengan baik, juga sangat membantu pencegahan cedera tennis elbow.

Pencegahan cedera olahraga secara umum

Ternyata, setelah ditelaah, pencegahan utama dari rata-rata cedera olahraga adalah penggunaan peralatan yang sesuai, serta pemanasan dan pendinginan, ya!

Banyak sekali orang melupakan hal-hal yang sepertinya simpel ini, tapi dapat menjadi langkah pencegahan yang terbaik. Yuk, share artikel ini ke teman-teman sesama pecinta olahraga lainnya supaya kita bisa menghindari cedera dan terus menikmati sesi olahraga yang menyenangkan!

Bagikan
suka artikel ini :