Autisme: 7 cara terbaik mengasuh dan mendidik anak istimewa
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO), satu dari 59 anak di dunia lahir dengan spektrum autisme. Indonesia yang memiliki jumlah penduduk sebesar 237,5 juta dengan laju pertumbuhan penduduk 1,14% diperkirakan memiliki angka penderita ASD (“Autism Spectrum Disorder”) sebanyak 4 juta orang.
Penjelasan singkat mengenai autisme dan ASD
Apa itu autisme? Seperti dikutip dari Autism Recovery Network Indonesia, autisme adalah gangguan perkembangan yang terjadi saat masa pertumbuhan awal anak. Gangguan ini dapat diidentifikasi dengan adanya kesulitan komunikasi, interaksi sosial, perilaku maupun aktivitas yang tidak biasa.
Anak autis kerap kali memiliki bakat atau anugerah tersembunyi, banyak dari mereka adalah jenius dan memiliki otak kreatif yang luar biasa. Namun, untuk "membuka" potensi mereka dan menggali bakat terpendam, anak dengan autisme sangat membutuhkan bantuan, terutama dari orangtua dan keluarga terdekatnya.
Anak dengan autisme mungkin juga memiliki kebutuhan lain seperti ADHD dan disleksia yang perlu diintervensi. Saat ini, kategori ASD (“Autism Spectrum Disorder”) termasuk:
- Gangguan Autisme (Autis)
- Sindrom Asperger
- PDD-NOS (Autism Atopic)
Di Indonesia, pemahaman maupun terapi bagi anak dengan kondisi autisme masih sangat terbatas, dan banyak sekali keluarga Indonesia yang belum sepenuhnya mengerti bagaimana cara menangani anak-anak istimewa ini.
Menyambut Minggu Pemahaman Autisme Dunia yang jatuh pada tanggal 29 Maret hingga 2 April setiap tahunnya, Generali Indonesia ingin berbagi 7 tips cara-cara terbaik untuk mengasuh dan mendidik anak autis, supaya moms and dads bisa mengarahkan anak dengan tepat sesuai dengan bakat dan minatnya.
Apa saja tips-tipsnya? Yuk, ikuti dan baca sampai habis artikel ini.
1. Anak dengan autisme butuh jadwal teratur. Buat dan taati jadwal kegiatan sehari-hari di rumah
Salah satu cara terbaik untuk mendidik semua anak adalah dengan membuat rutinitas yang jelas, dalam bentuk jadwal kegiatan sehari-hari yang punya aturan sendiri dan wajib ditaati seluruh penghuni rumah.
Nah, khusus untuk anak dengan autisme, rutinitas harian ini ternyata sangat penting untuk membuat mereka merasa aman. Anak autis dapat bereaksi negatif terhadap sesuatu yang tidak biasa mereka lakukan, hal yang mereka tidak mengerti maupun wajah orang yang asing bagi mereka.
Dengan adanya rutinitas harian yang mengatur jadwal kegiatan si anak autis, maka sang anak yang sudah terbiasa dan familiar terhadap aktivitas di tempat yang ia kenal, dengan orang yang juga akrab dengannya, membuat emosi si anak tetap stabil.
Sedari awal, bila moms and dads sudah mengetahui bahwa buah hati kalian terlahir dengan kondisi autisme, maka biasakan mereka untuk memiliki jadwal harian yang selalu ditepati.
Ajak mereka untuk sarapan, makan siang dan makan malam pada waktu yang sama setiap hari, membuat PR, belajar daring, bermain, olahraga ringan dan lakukan aktivitas yang sama juga pada jadwal yang sama setiap harinya supaya mereka terbiasa dengan rutinitas tersebut.
Ajari anak untuk melakukan beberapa tugas kecil, misalnya, menyiapkan pakaian yang akan mereka pakai esok hari, membereskan tempat tidur di pagi hari, memberikan makanan kepada hewan peliharaan, dan tugas-tugas mudah lainnya untuk mengajari mereka tanggung jawab.
2. Memberitahukan kondisi autisme kepada pihak sekolah agar dipahami
Karena keterbatasannya sarana dan prasarana yang mendukung di Indonesia, lebih dari 70 persen anak autis di negeri kita masih bersekolah di sekolah biasa.
Sejak awal, jangan ragu untuk memberitahukan kondisi autisme dan spektrum apa yang menjadi kondisi anak kepada pihak sekolah, ya, moms! Memberitahu sekolah sejak awal akan membantu para guru dan tenaga pengajar lain untuk memahami keadaan anak dan emosi anak yang kerap berubah.
Sekolah yang baik tentunya akan bersedia mengerti dan memberikan dukungan sebaik-baiknya kepada orangtua murid dengan kondisi autisme. Termasuk membantu menjaga kemungkinan anak terkena bullying / perundungan di sekolah.
3. Pertimbangkan untuk homeschooling dengan guru privat
Bila sekolah tidak bersedia atau tidak sanggup mengakomodir kebutuhan anak autis, maka pilihan lainnya yang ada untuk moms and dads adalah mengadakan homeschooling.
Proses pembelajaran di rumah sendiri, selain membantu anak autis merasa lebih nyaman – karena kegiatan dilakukan di tempat yang familiar dengannya – juga memastikan si anak mendapat perhatian penuh dari guru privat.
Bila di sekolah biasa, satu orang guru atau wali kelas harus menangani sekian puluh anak sehingga fokus perhatian mereka pun jelas terbagi, dengan tenaga pengajar profesional yang khusus privat, anak autis sepenuhnya mendapat fokus sehingga kegiatan belajar mengajar pun lebih fleksibel dan lebih lancar berjalan.
4. Cari tahu bakat dan kesenangan mereka
Moms and dads tentunya pasti tahu siapa Bill Gates, Albert Einstein, Nikola Tesla, Michelangelo, Wolfgang Amadeus Mozart, Steve Jobs, Thomas Jefferson, Charles Darwin dan Isaac Newton? Bagaimana dengan Satoshi Tajiri, Hans Christian Andersen, Tim Burton dan Andy Warhol? Apa persamaan kesemua tokoh terkenal ini, selain kejeniusan dan penemuan-penemuan mereka yang melegenda, bakat mereka di bidang masing-masing yang tidak diragukan lagi?
Ya, betul, persamaannya adalah bahwa kesemua tokoh terkenal di atas terlahir dengan kondisi autisme. Meski Bill Gates tidak pernah secara publik menyatakan bahwa ia autis, ada banyak petunjuk jelas yang menandakan bahwa ia mengalami ASD. Sedangkan Steve Jobs jelas menampakkan tanda-tanda Sindrom Asperger. Begitupun dengan Einstein, Michelangelo, Mozart, Tesla dan Newton.
Anak autis kebanyakan memiliki IQ di atas rata-rata, kejeniusan dan bakat terpendam yang harus moms and dads bantu untuk salurkan.
Sejak anak masih kecil, sejak moms and dads diberitahu dokter bahwa si kecil berkondisi autisme, mulailah cari tahu bakat dan kesenangan mereka.
Ajak ia mendengarkan musik dan bermain instrumen musik, belajar menggambar dan melukis, mengeksplorasi alam dan traveling, memelihara binatang seperti kucing, anjing maupun ikan, ajak anak bercocok tanam di kebun, mencoba berbagai jenis cabang olahraga, membaca buku, menonton film, dan berbagai aktivitas lainnya – perhatikan kegiatan apa yang paling menarik minat mereka dan membuat mereka happy. Kemudian, teruskan kegiatan tersebut – seiring bertambahnya usia anak, maka ia pun akan semakin fokus pada satu atau dua kegiatan yang paling mereka sukai.
Setelah anak menemukan minat dan bakatnya, moms and dads tinggal mendampingi seraya mengarahkan anak untuk semakin menggali potensinya, who knows? Mungkin ilmuwan penemu teknologi canggih di masa depan, adalah putra-putri moms and dads sendiri, yang punya kondisi autisme!
5. Melatih kesabaran bersama-sama antara anak dan orangtua
Kerap kali, anak autis, seperti layaknya anak-anak lainnya, akan membuat moms and dads mengelus dada karena mereka menguji kesabaran kita sebagai orangtua.
Nah, saat anak tantrum dan membuat moms and dads kesal... jangan terbawa emosi, ya. Ingatlah bahwa semua anak memang butuh bimbingan orangtua, apalagi anak dengan kebutuhan khusus seperti anak autis.
Yang bisa moms and dads lakukan adalah melatih kesabaran. Sebelum meledak marah dan membentak anak, pejamkan mata, tarik napas dalam-dalam, hitung mundur dari angka sepuluh sampai ke angka nol. Cari tahu apa penyebab anak mengamuk? Rangkul anak, tenangkan dulu sampai episode tantrumnya berhenti. Setelah itu, beri penjelasan pelan-pelan, ajarkan anak melatih kesabaran juga.
Memang, mengajari anak melatih kesabaran tak mudah. Tapi, dengan menunjukkan contoh teladan kesabaran dan kepala dingin, alih-alih emosional dan meledak-ledak, lama kelamaan anak pun akan mengerti dan juga akan mencontoh tindakan kalem dari moms and dads.
6. Mencoba berbagai terapi berbeda
Terapi bagi anak yang terlahir dengan kondisi autisme sangat penting.
Tujuan utama terapi bagi anak autis adalah untuk mengurangi masalah perilaku, meningkatkan kemampuan dan perkembangan belajar anak dalam hal penguasaan bahasa dan membantu anak autis agar mampu bersosialisasi dalam beradaptasi di lingkungan sosialnya.
Ada berbagai macam terapi yang dapat dilakukan, mulai dari Terapi Multisensori, Terapi Okupasi, Terapi Wicara, Terapi Musik, Terapi Visual dan Auditori, sampai Terapi Membaca untuk anak yang disleksia.
Jangan lelah mencoba berbagai terapi, sampai menemukan terapi mana yang cocok untuk anak autis. Setiap anak berbeda-beda, karena itu telusuri dan cobalah berbagai terapi dengan terapis yang direkomendasikan oleh dokter anak yang menangani anak kita.
7. Bangun jaringan pendukung yang solid
Tentu saja orangtua-lah yang paling mengenal anak dan paling tepat untuk melakukan pengasuhan. Akan tetapi, tak ada salahnya untuk membangun jaringan pendukung yang solid di sekeliling kita.
“Support Network” yang bisa berupa keluarga terdekat – kakek-nenek, paman dan bibi si anak dari kedua belah pihak orangtuanya, akan sangat membantu memberi dukungan bagi orangtua dengan anak autis.
Selain keluarga terdekat, bergabunglah dengan grup komunitas online dari para orangtua dengan anak autis, untuk saling berbagi pengalaman dan belajar mengenai pengasuhan anak ASD.
Tips seputar keuangan, pola makan seimbang dan gaya hidup sehat bersama Generali Healthy Living
Generali Indonesia tidak hanya memberikan perlindungan menyeluruh kepada semua anggota keluarga lewat proteksinya, tapi juga terus mendampingi semua nasabah dalam semua aspek hidup. Mulai dari pengaturan finansial, perencanaan masa depan, memberikan tips dan saran praktis seputar keuangan, karir, tapi juga pola makan seimbang, gaya hidup sehat, berbagai olahraga praktis dan pengasuhan anak, Generali selalu ada bersama kamu, lewat rubrik Generali Healthy Living di situs web kami.
Lewat artikel-artikel berikut ini, mari menambah pengetahuan dan melebarkan wawasan, sehingga kita bisa belajar menjadi pribadi yang lebih baik. Be the better version of yourself lewat berbagai tips dan saran bijak dari Generali Indonesia.
Beberapa artikel ini mungkin menarik minatmu:
5 Menu Hangat, Praktis & Hemat untuk Musim Hujan
Vitamin dan mineral terpenting bagi anak-anak dalam masa tumbuh kembang
Panduan aman berkendara dengan anak-anak
Penting: ajari anak untuk selalu cintai alam dan bumi kita
Penting untuk kita orangtua: waspada benturan kepala pada anak
Belajar membuat kue bersama anak: ini tipsnya!
Tips mengajari anak mahir bersepeda