Yuk, pahami lebih jauh mengenai Generasi Alpha, anak-anak kita yang lahir di antara tahun 2010 dan 2025.

Hi Parents, orangtua muda yang sedang membaca artikel ini. Berusia berapakah anak-anak kalian saat ini? Bila anak Moms and Dads lahir di antara tahun 2010 dan 2025, maka, generasi ini disebut Generasi Alpha, anak dari para Milenial dan adik-adik dari Gen Z.

Generasi baru yang akan melihat Abad ke-22

Generasi Alpha sedang bertumbuh pesat. Dalam waktu 4 tahun mendatang, jumlah mereka akan melebihi Generasi Tua kakek dan nenek mereka, yaitu si Generasi Baby Boomers. Dan banyak dari Generasi Alpha ini kelak akan dapat hidup sampai melihat dunia di Abad ke-22.

Lebih dari 2,5 juta anak Generasi Alpha lahir setiap minggunya. Itu artinya, 10 juta anak lahir di seluruh dunia setiap bulan. Ketika mereka semua sudah akan lahir pada tahun 2025 nanti, mereka akan berjumlah total hampir 2 milyar jiwa dan menjadi generasi terbesar dalam sejarah dunia.

Memahami Generasi Alpha lebih dalam

Generasi Alpha adalah generasi yang secara materi paling berkecukupan, dan sudah pandai di bidang teknologi sejak mereka masih bayi. Mereka juga akan jadi generasi yang berumur paling panjang kelak.

Para ahli meramalkan bahwa Generasi Alpha akan menghabiskan waktu lebih banyak dalam studi mereka dan mulai bekerja lebih lama, dan pada usia akhir 20an masih tinggal bersama orangtua mereka. Konsekuensinya, mereka pun kelak akan masuk masa produktif di usia yang lebih tua pula, ketimbang orangtua mereka, si Generasi Milenial.

Generasi yang hampir selalu terkoneksi lewat internet

Gen Alpha lahir dengan teknologi. Mereka sudah bisa menggunakan gadget sejak kecil, dan ini mempengaruhi banyak hal. Mulai dari kesulitan untuk fokus, cepat bosan dan ingin mendapatkan segala sesuatu maupun gratifikasi secara instan.

Generasi terbaru di muka bumi ini mulai lahir tahun 2010, saat iPad baru saja diluncurkan, tahun dimana Instagram diciptakan, dan aplikasi ponsel pintar mulai jadi canggih. Sejak usia dini, Generasi Alpha sudah diperkenalkan dengan yang namanya "gadget", mulai dari ponsel pintar, tablet sentuh hingga laptop pribadi.

Di tengah dunia digital, ajari anak Gen Alpha punya pegangan kuat pada dunia nyata

Saat dunia sudah berubah jauh ke arah digital, anak-anak Gen Alpha yang terus berada di dunia maya tanpa bimbingan orangtua, akan sangat mudah tersesat.

Anak Generasi Alpha yang kecanduan internet, akan larut dalam dunianya sendiri, menarik diri dari interaksi dengan orang-orang yang nyata berada di sekitarnya, mengurung diri dan enggan membuka diri. Mereka cenderung sedentari dan malas bergerak. Ini tentunya bukan sesuatu yang positif.

Sebagai orangtua, kita punya kewajiban yang sangat krusial, yaitu mengajari anak agar punya pegangan kuat pada dunia nyata. Menjaga mereka agar tidak “tersesat” dalam dunia yang maya, yang tidak nyata – yang hanya berada di internet. Dan ini tidak mudah dilakukan, lho, apalagi kepada Gen Alpha yang memang lahir bersama dengan teknologi.

Mengapa berbahaya membiarkan anak dengan gadget sepanjang hari? Alasan klinisnya adalah bahwa pertumbuhan otak anak masih belum sempurna. Jadi, mereka belum terlalu bisa membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang salah dan mana yang benar.

Dan bila kita sebagai orangtua tidak menjalankan peran kita untuk menuntun mereka dengan baik dan benar, banyak sekali risiko yang akan mengganggu tumbuh kembang anak kita di kemudian hari.

Bagaimana cara mengajari anak kita, si Generasi Alpha, supaya tidak “tersesat” di dunia maya?

Ini beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh Moms and Dads supaya anak kita, si Generasi Alpha, bisa membedakan antara dunia nyata dan dunia maya:

  1. Batasi waktu gadget – sesuai usia mereka.
    Anak usia di bawah 2 tahun sebaiknya tidak diberi gadget sama sekali. Rangsang otak mereka dengan buku cerita dongeng, mainan, dan benda nyata yang bisa disentuh.
    Anak usia 2-5 tahun hanya diizinkan maksimal 30 menit menatap layar per hari.
    Anak usia 5-7 tahun boleh menggunakan layar 1 jam per hari.
    Anak usia 8 tahun ke atas yang harus mengerjakan PR lewat jalur online, boleh menggunakan gadget lebih lama dengan pengawasan orangtua.

  2. Selalu sisihkan waktu untuk berkomunikasi dan menghabiskan waktu bersama.
    Setiap sarapan dan makan malam (karena setelah sekolah kembali tatap muka, kebanyakan anak makan siang di sekolah), sisihkan waktu untuk ngobrol bersama anak, duduk bersama-sama sekeluarga di meja makan.
    Habiskan waktu BEBAS gadget, ajak anak untuk menceritakan apa saja yang mereka alami hari ini, membaca buku atau main mainan bersama-sama.

  3. Ajak anak bergerak badan.
    Anak perlu diajak bergerak badan. Tiga kali seminggu, ajak mereka berenang dan main sepakbola, atau sekedar jalan-jalan sore ke taman di kompleks tempat tinggal. Saat akhir pekan, ajak mereka jalan-jalan ke Car Free Day, menggunakan transportasi umum seperti Bus Trans Jakarta maupun MRT. Tinggalkan gadget mereka di rumah dan nikmati hari bebas gadget.

  4. Gadget harus disimpan oleh orangtua.
    Jangan biarkan anak menyimpan sendiri gadget mereka, atau bahkan tidur dengan gadget di samping bantal.
    Selain radiasi bisa berbahaya, berbagai pesan Messenger atau notifikasi aplikasi di gadget bisa mengganggu tidur mereka.
    Gadget harus disimpan oleh orangtua dan penggunaannya juga atas seizin orangtua.

  5. Selalu ajari anak bahwa interaksi di dunia nyata itu real adanya
    Telaten ajari anak dan memberi pemahaman bahwa, sebagus apapun dunia maya, tetap saja tidak ada yang nyata di sana. Tidak ada yang bisa menggantikan pelukan hangat ayah dan ibu, sesi ngobrol-ngobrol sekeluarga, atau bermain bersama kakak dan adik mereka.
    Emoji sebanyak apapun tidak akan pernah bisa menggantikan interaksi manusia sesungguhnya di dunia nyata.

Beri contoh sebagai orangtua: yuk, sama-sama detox ponsel!

Jangan sekedar menyuruh anak untuk tidak main HP, kita juga sebagai orangtua juga harus sering-sering memberi contoh.

Saat kita menyuruh anak untuk tidak memainkan gadget mereka, maka kita sebagai orangtua juga jangan lantas cuek pada mereka dan malah memainkan HP kita sendiri.

Saat kita menyuruh anak untuk meletakkan gadget dan menyudahi screen time, kita pun HARUS dan WAJIB melakukan hal yang sama. Alih-alih main HP, temani anak, saling bercerita, peluk dan beri senyuman, dan ajak lakukan kegiatan yang nyata.

Yuk, sama-sama detox ponsel sekeluarga, supaya anak pun tetap punya pijakan kuat di dunia nyata: waktu, kasih sayang dan perhatian orangtua mereka. Ini adalah cara terbaik memahami dan membimbing Generasi Alpha, anak-anak yang kelak akan menjadi generasi penerus kita.

Bagikan
suka artikel ini :