Dewasa ini, kamu mungkin sudah tak asing lagi dengan istilah ‘hustle culture’. Istilah satu ini terutama sekali dikenal di kalangan para karyawan, bahkan tak sedikit yang menjadikannya sebagai gaya hidupnya. Padahal, hustle culture ini bisa berakibat buruk pada kesehatan mental. Agar bisa mengenali dan menghindari hustle culture ini, yuk simak dulu ulasannya di bawah ini.
Apa Itu Hustle Culture?
Hustle culture merupakan kultur atau kondisi di mana pekerjaan menjadi pusat atau hal yang utama dalam kehidupan. Orang yang menjalani hustle culture rela untuk bekerja dalam waktu yang lama, serta tak masalah untuk mengabaikan kepentingan dirinya sendiri, dengan satu alasan penting yaitu meraih kesuksesan.
Bagi pelaku hustle culture, jika pekerjaan menjadi hal yang paling diutamakan, maka mereka akan bisa mencapai apapun juga, khususnya kesuksesan. Bekerja dalam waktu yang panjang atau bahkan berlebih menjadi hal yang begitu diglorifikasi. Waktu kosong yang dimiliki dianggap sebagai suatu kemalasan, serta jika tidak terus bekerja maka akan berhadapan dengan kegagalan.
Penyebab Munculnya Hustle Culture
Bagi orang-orang yang bekerja di bawah suatu korporasi, hustle culture bukanlah suatu hal yang asing lagi. Salah satu penyebab utama munculnya hustle culture ini adalah toxic positivity yang diperoleh dari rekan sejawat atau pun atasannya. Toxic positivity membuat seseorang merasa toleransi atas emosi negatif dan selalu berpikir positif saat kondisi stres merupakan hal yang normal.
Toxic positivity yang dialami oleh orang-orang tersebut ibarat doktrin bagi mereka. Makanya, mereka pun menganggap hal seperti bekerja lembur secara rutin atau pun dihubungi oleh atasan pada saat sedang libur menjadi hal yang wajar. Lama-kelamaan, kondisi tersebut akhirnya membuat orang tersebut mengalami burnout atau lelah secara fisik, mental, dan emosional.
Ciri-Ciri Hustle Culture
Kebanyakan orang yang terjebak dalam hustle culture menganggap bahwa pekerjaan yang dilakukannya merupakan hal yang normal, serta juga dilakukan oleh orang banyak. Padahal orang lain yang melihatnya menganggap mereka bekerja berlebihan, tanpa menghiraukan kesehatan fisik maupun mentalnya. Agar tidak terjebak dalam hustle culture ini, yuk kenali ciri-cirinya.
1. Overworking
Tentu saja ciri utama dari hustle culture adalah overworking atau bekerja berlebihan atau melebihi jam kerja ideal yang telah ditentukan. Jika kamu kerap kali melihat seseorang rela untuk kerja lembur dengan alasan ingin mendapatkan honor lebih, bisa dibilang kalau dirinya sudah memasuki hustle culture tersebut.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, pekerjaan merupakan segalanya bagi seseorang yang menjalankan hustle culture. Jadi, tidak masalah baginya jika dia harus melakukan pekerjaan di luar jam kerja seharusnya. Bagi pelaku hustle culture, merupakan sebuah kegagalan jika dirinya tidak lembur, sedangkan rekan sejawatnya melakukan hal tersebut.
2. Mengorbankan Waktu Tidur
Ciri hustle culture juga ditandai dengan kebiasaan mengorbankan waktu tidur untuk melakukan aktivitas santai, disebabkan karena waktu santai sudah tersita untuk bekerja. Kondisi ini juga disebut dengan istilah ‘sleep procrastination’. Jika hal ini dilakukan secara terus menerus, tentu tidak akan baik bagi kesehatan fisikmu.
3. Membandingkan Diri dengan Orang Lain
Hustle culture juga membuat orang-orang merasa normal untuk membandingkan dirinya dengan orang lain, khususnya dalam segi pekerjaan. Padahal, kebiasaan membanding-bandingkan diri dengan orang lain ini bisa memicu turunnya kepercayaan diri dan memicu timbulnya ekspektasi yang tidak realistis bagi diri sendiri. Baiknya, kamu fokus dengan kesuksesan dirimu sendiri.
4. Kehilangan Waktu untuk Melakukan Hobi
Mengingat orang dengan hustle culture mengabdikan hampir sebagian besar waktunya untuk bekerja, maka dirinya akan kehilangan minat untuk menjalankan hobinya. Alih-alih menghabiskan waktu santai untuk menjalankan hobi, pelaku hustle culture malah lebih memilih menenggelamkan dirinya dengan pekerjaannya.
Tidak membiarkan diri untuk rileks sejenak dari tekanan pekerjaan tentu akan bisa memicu stres, yang akhirnya mencederai kesehatan mental. Pun begitu, orang dengan hustle culture tetap lebih memilih bekerja keras untuk mencapai tujuan yang ingin dicapainya, karena jika dia lengah atau santai sejenak saja, dia akan merasa tertinggal.
5. Menetapkan Ekspektasi yang Tinggi untuk Diri Sendiri
Ekspektasi yang ingin diraih tentu harus disesuaikan dengan kapasitas diri. Sayangnya, hustle culture membuat seseorang tak mengindahkan hal tersebut. Dirinya terlalu fokus menekan dirinya sendiri untuk mencapai setiap ekspektasi yang diinginkan, bahkan jika ekspektasi tersebut terlalu tinggi dan sifatnya rada mustahil untuk bisa dicapainya.
Dampak Hustle Culture bagi Kesehatan Mental
Hustle culture tidak hanya akan membuat fisikmu merasa lelah yang teramat sangat, namun juga berdampak buruk bagi kesehatan mentalmu. Tekanan demi tekanan yang kamu bebankan bagi dirimu sendiri untuk bisa mencapai keinginan dan ekspektasi atas dirimu, walau bahkan itu terlalu tinggi, bakal membuat kamu dirundung oleh stres.
Bukan hanya sekadar stres saja, namun stres yang ekstrem mengintai dirimu dengan hustle culture yang kamu jalani. Rasa bersalah, tidak tenang, dan cemas akan selalu menghantuimu, apalagi jika sekiranya kamu melihat rekan kerja bekerja lebih keras dibandingkan dirimu. Jika sudah begini, kamu akan mengalami burnout dan malah kehilangan produktivitasmu.
Itulah tadi ulasan mengenai hustle culture, yang utamanya banyak dijalani oleh para pekerja korporat. Hustle culture mungkin membuatnya merasa loyal pada perusahaan dan menjadi selangkah lebih dekat dengan mimpimu, namun pada kenyataannya bisa merusak kesehatan tubuh, mental, dan emosionalmu. Makanya, Yuk jaga kesehatan mental dengan meninggalkan hustle culture.