Sebagai orangtua, siapa sih yang nggak mau anaknya sehat, aktif dan pintar? Semua pasti menginginkan hal yang sama untuk buah hatinya. Apalagi, meskipun pandemi sudah mulai berlalu, tetap kita harus waspada dan menjaga sebaik-baiknya kondisi kesehatan si kecil supaya tetap fit dan prima. Sehingga kekebalan tubuhnya bisa berfungsi baik membentengi anak dari gempuran berbagai penyakit di luar sana.

Imun kuat = gaya hidup sehat + makan seimbang + kebiasaan baik

Nah, parents, tahukah kalian bahwa peningkatan imun tubuh seseorang ternyata sangat terhubung dengan gaya hidup sehat, yaitu makan makanan yang seimbang dan bergizi, serta menjalankan kebiasaan-kebiasaan baik setiap harinya?

Tak terkecuali untuk anak kita sendiri. Penelitian membuktikan bahwa anak yang aktif dan dibiasakan sejak kecil untuk melakukan rutinitas baik, ternyata akan tumbuh menjadi orang dewasa yang aktif dan kelak juga akan menurunkan pola hidup sehat ini kepada anak mereka.

Sebaliknya, anak yang mengalami kegemukan masa kecil – dalam istilah kedokteran disebut childhood obesity, ternyata mayoritas sulit menurunkan berat badan dan banyak dari mereka tetap gemuk seumur hidup, karena terbiasa hidup bergaya sedentari yang diiringi pola makan tak seimbang.

Obesitas / kegemukan adalah salah satu pemicu komorbiditas

Tak hanya melulu soal COVID-19, obesitas / kegemukan adalah salah satu pemicu timbulnya komorbiditas. Berbagai penyakit berawal dari kelebihan berat badan. Mulai dari tekanan darah tinggi / hipertensi, stroke, penyakit jantung dan berbagai gangguan kardiovaskuler lainnya, fat liver, sampai kanker.

Demikian juga dengan hepatitis, apalagi, sejak akhir April 2022 lalu, ditemukan beberapa kasus hepatitis akut yang misterius di Indonesia – Kementerian Kesehatan lantas mengimbau masyarakat untuk waspada, terkait penyakit hepatitis akut ini, yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika dan Asia. Baru-baru ini, tiga pasien anak yang dirawat di RSCM Jakarta dilaporkan meninggal dunia dengan dugaan hepatitis akut.

Indonesia sudah tak darurat COVID-19, tapi darurat obesitas!

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia menunjukkan bahwa ada kenaikan pada prevalensi obesitas, terutama ditemukan pada penduduk, tidak hanya orang dewasa tapi juga anak-anak!

Tingkat obesitas di Indonesia ternyata meningkat begitu pesat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir, baik itu di rumah tangga dengan strata sosial tinggi maupun yang rendah. Ini disebabkan peralihan pola makan yang signifikan: bila zaman dulu, orang makan hidangan tradisional, kini, produk olahan dengan pemrosesan tinggi dan padat lemak, gula serta zat aditif lainnya, yang bahkan dibanderol harga lebih murah, merajai pasaran.

Selain bahaya komorbiditas, stigma bahwa “gemuk = tidak bagus” yang menancap di masyarakat, tentunya dapat sangat berpengaruh pada rasa percaya diri seseorang. Karena itulah penting bagi kita sebagai orangtua untuk mulai menerapkan pola hidup sehat kepada anak sejak dini.

Bagaimana caranya membantu anak untuk menjalankan pola makan seimbang dan jadi lebih rajin beraktivitas? Ini beberapa tips mudahnya.

Pola makan seimbang dan sehat

Empat sehat, lima sempurna. Pastikan piring makan anak tidak hanya terisi dengan nasi dan nugget atau sosis ataupun mie instan saja – makanan-makanan yang terlalu banyak diproses kurang baik untuk orang dewasa, apalagi anak-anak.

Pastikan ada warna-warni sayuran dan buah di atas piring anak, dilengkapi dengan karbohidrat seperti nasi merah, pasta gandum maupun kentang, dan lauk protein tinggi yang sangat mereka butuhkan saat masa pertumbuhan.

Kendalikan porsi makan anak

Rumus “kalori masuk = kalori keluar” berlaku juga pada anak. Kebutuhan kalori seorang anak berbeda sesuai umurnya. Anak usia 4-6 tahun butuh 1.600 kalori per hari, sedangkan anak usia 7-9 butuh 1.850 kalori per hari. Sedangkan anak usia 10 tahun ke atas butuh sekitar 2.000 hingga 2.700 kalori tergantung usia dan jenis kelaminnya.

Nah, cobalah untuk membatasi kalori masuk sesuai yang dibutuhkan oleh anak saja. Sebagai gambaran, sebuah donat mengandung kurang lebih 450 kalori dan sebatang coklat berukuran 100 gram punya sekitar 550 kalori. Bandingkan dengan kalori sepotong ikan 100 gram sekitar 205, 100 gram bayam hanya 23 kalori dan nasi putih 130 kalori setiap 100 gramnya.

Pertanyaannya: lebih kenyang mana, makan nasi dengan ikan dan sayur bayam bening, atau makan donat dan coklat? Tentu saja lebih baik makan nasi dengan ikan dan sayur bayam kan?

Biasakan anak minum air putih lebih banyak

Alih-alih minum jus kemasan, susu kotak dan minuman bersoda yang manis dan tergolong “empty calories” – artinya, kalori tinggi karena kaya gula, tapi tidak bermanfaat sama sekali secara nutrisi – biasakan anak untuk minum air putih lebih banyak.

Selain kalorinya nol, manfaat air putih sangatlah banyak. Sebagian besar tubuh manusia terbuat dari air, jadi kita tidak boleh sampai kekurangan minum dan dehidrasi – bisa fatal akibatnya, apalagi untuk anak-anak.

Lebih sering makan makanan rumahan buatan sendiri

Makan makanan rumahan yang dimasak sendiri, memungkinkan kita untuk lebih dapat mengontrol apa yang masuk menjadi asupan si kecil.

Makanan buatan restoran cepat saji, tentunya juga menggunakan bahan makanan yang sudah diproses dan diberi pengawet. Sedangkan, dengan memasak makanan sendiri, kita bisa memastikan penggunaan bahan pangan yang segar, juga organik.

Makanan ala resto cepat saji juga bisa dibuat sendiri di rumah, lho! Mulai dari burger, pizza, pasta, Moms and Dads bisa dengan mudah mencari resepnya di internet. Bonusnya, selain lebih sehat dan higienis, juga lebih hemat pengeluaran.

Ajak anak belajar masak

Mengajari anak untuk bisa memasak sejak dini, tak hanya memberi mereka salah satu survival skill di masa depan nanti (ya, bisa masak itu ternyata cukup penting bila kelak mereka kuliah dan harus ngekos), tapi juga membuat anak memahami proses pembuatan sebuah hidangan.

Dengan melihat sendiri bahan masakan yang mereka olah dengan tangan-tangan kecil mereka, anak dengan sendirinya akan terdidik untuk lebih menghargai makanan yang mereka makan.

Kurangi konsumsi gula

Permen, coklat, biskuit kemasan, berbagai keripik maupun snack anak lainnya, ternyata punya kandungan gula dan lemak jenuh yang tinggi. American Psychiatric Association menyebutkan bahwa gula ternyata merupakan salah satu substansi yang berpotensi tinggi menimbulkan kecanduan. Sebab, saat seseorang mengonsumsi gula, ada pelepasan zat opioid dan dopamin di otak, yang juga meningkatkan pelepasan serotonin. Efeknya? Pemakan gula menjadi merasa bahagia. Tapi, kebahagiaan yang dipicu gula ini tidak berlangsung lama, dan dosis gula yang dibutuhkan untuk merasa bahagia semakin lama semakin banyak.

Mungkin inilah sebabnya, saat kita ngemil makanan penuh gula, rasanya kita tak kunjung kenyang dan ingin nambah lagi, lagi dan lagi. Padahal, konsumsi gula berlebihan picu timbulnya Diabetes Mellitus tipe 2 – alias sakit gula yang disebabkan oleh pola makan tak sehat penuh gula tersebut.

Pelan-pelan, kurangi konsumsi gula di rumah – terutama untuk anak-anak – dengan meminimalisir stok camilan pabrik. Kalau tidak ada yang bisa dicamil, tentu anak-anak pun tidak ngemil, kan?

Alternatif camilan yang lebih sehat

Ya, tentu saja anak masih tetap boleh ngemil. Tapi, prioritaskan camilan yang sehat. Contohnya? Ganti permen dengan buah-buahan (buah sering disebut “permen natural” karena rasanya yang manis alami), coklat susu dengan coklat hitam dengan kandungan cacao lebih banyak dan gula lebih sedikit, chips dengan kacang rebus, biskuit dengan mini sandwich yang diisi dengan telur atau fillet ayam goreng buatan sendiri.

Kuncinya adalah moderasi

Namanya anak-anak, pasti sesekali tetap ingin makan es krim, gulali, croffle, donat, maupun segala minuman boba kekinian... itu wajar kok.

Tentukan saja satu hari seminggu, hari Sabtu misalnya, dimana anak-anak diizinkan makan makanan yang mereka idam-idamkan, junk food sekalipun. Sebab, semakin dilarang, semakin penasaran pula dan semakin ingin anak-anak mencoba makanan “terlarang” tersebut.

Ajari anak untuk memahami moderasi: yang artinya, boleh saja makan tak sehat sekali-sekali, tapi tidak setiap hari – hanya hari-hari tertentu saja.

Gerak badan dan olahraga teratur

Aktivitas di luar ruangan, sekedar gerak badan, berlari-larian atau olahraga, sangat dibutuhkan untuk menunjang kesehatan anak.

Hasil riset Organisasi Kesehatan Dunia / WHO menyatakan bahwa, ternyata, lebih dari 80 persen remaja di seluruh dunia tidak melakukan olahraga harian setidaknya selama satu jam. Wah, gawat juga ya ternyata!

Padahal, berbagai penelitian sepaham bahwa rajin gerak badan dan aktif sepanjang hari punya andil besar mencegah depresi, kekuatiran dan memperbaiki suasana hati.

Batasi waktu bermain gadget dan game

Anak zaman sekarang, lebih kuatir kalau kuota internet habis dan WiFi di rumah mati. Diizinkan punya gadget – baik itu tablet, ponsel pintar maupun laptop komputer pribadi sejak usia dini, anak-anak di seluruh dunia – tak hanya di Indonesia, kini makin sedentari karena menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar.

Supaya anak mau bergerak, batasi waktu mereka bermain gadget – setengah jam sehari sudah cukup, kecuali kalau memang harus mengerjakan tugas sekolah.

Anak lantas mengeluh bosan? Ajak mereka untuk bermain di luar ruangan, mulai dari berenang, main basket atau sepakbola.

Ajak seluruh keluarga untuk ikut beraktivitas

Moms and Dads, jangan hanya sekedar menyuruh anak untuk aktivitas tapi kita sendiri tetap asyik main ponsel. Seluruh keluarga harus ikut beraktivitas, misalnya, setiap sore anak bisa diajak bermain lempar bola, dan di saat weekend ajak mereka berenang, bersepeda atau sekedar jalan santai di Car Free Day.

Masukkan anak ke klub olahraga bersama teman-temannya

Aktivitas yang dilakukan bersama teman-teman sebaya, baik teman sekelas di sekolah maupun teman main di luar sekolah, tentu akan semakin mengasyikkan untuk si kecil.

Pilih aktivitas klub olahraga yang memungkinkan anak untuk bergabung bersama-sama dengan teman mereka, baik itu klub basket, klub sepakbola, klub lari, ataupun klub tari. Yang penting, anak suka aktivitasnya dan makin semangat karena ada teman yang juga ikut bareng di klub tersebut.

Olahraga adalah kebiasaan yang harus dipupuk sejak dini

Jadikan olahraga sebagai kebiasaan yang bikin happy, bukan keharusan. Setiap kali memungkinkan, ajak anak untuk berjalan alih-alih naik kendaraan, baik itu ke sekolah atau saat jalan-jalan.

Untuk menempuh jarak yang agak jauh, ajari anak mengayuh sepeda, yang tetap membuat mereka gerak badan serta selalu aktif.

Masukkan kebiasaan-kebiasaan baik dalam rutinitas harian

Anak-anak perlu dibimbing untuk mencapai potensi terbaik mereka. Salah satu cara untuk membimbing anak adalah dengan memberikan mereka jadwal harian yang harus ditepati, terutama di hari-hari sekolah. Masukkan kebiasaan-kebiasaan baik dalam rutinitas harian mereka.

Makan harus tepat waktu

Makan harus tepat waktu, supaya terhindar dari sakit maag. Selain itu, usahakan untuk selesai makan malam paling tidak 2 jam sebelum waktu tidur anak, untuk menghindari gangguan pencernaan saat tidur.

Sarapan bergizi sangat penting untuk memulai hari dengan baik

Sarapan bergizi ternyata memegang peranan penting untuk memulai hari dengan baik. Terutama untuk anak dalam masa pertumbuhan, perut yang kenyang dan terisi dengan makanan penuh nutrisi baik, akan membuat mereka lebih nyaman dan mudah berkonsentrasi mengikuti pelajaran di sekolah.

Alih-alih memberi anak sarapan sereal pabrikan, beri mereka makanan rumahan seperti bubur ayam, semangkuk buah-buahan, yoghurt dan madu, atau roti bakar dengan telur rebus.

Bekal makan siang dengan protein tinggi

Anak dalam masa pertumbuhan sangat membutuhkan protein untuk tumbuh kembangnya. Bekali mereka dengan makan siang yang kaya protein, misalnya, pasta tumis sayur, dilengkapi dengan lauk ayam, telur, tahu, tempe, daging atau ikan. Jangan lupakan buah segar sebagai pencuci mulut.

Anak harus tidur yang cukup dengan kualitas tidur yang baik

Tidur nyenyak dengan kualitas baik dalam waktu yang cukup punya peran penting menjaga kesehatan, tak hanya bagi orang dewasa tapi juga terutama untuk anak-anak.

Anak usia 6 sampai 13 tahun butuh 9 sampai 11 jam waktu tidur sehari. Sebagai orangtua, tugas kitalah menentukan jam tidur anak setiap hari.

Biasakan mengajak mereka masuk kamar maksimal sekitar jam 9 malam setiap hari, nyalakan AC, lalu bacakan buku dongeng selama sekitar 15 menit, lalu matikan lampu, sebab, ternyata tidur dalam ruangan yang gelap dan sejuk sangat membantu meningkatkan kualitas tidur anak.

Makan itu harus di meja makan, bukan di depan TV apalagi gadget

Kebiasaan buruk orangtua masa kini yang harus dihindari adalah membiarkan anak makan di depan TV, atau bahkan sambil nonton video YouTube di ponsel mereka.

Makan itu ya sebaiknya di meja makan, bersama-sama dengan orangtua dan kakak-adik mereka, dengan posisi TV dimatikan dan gadget disingkirkan. Makan bersama seluruh keluarga, bercerita tentang apa saja yang terjadi dalam keseharian mereka, di sekolah, di tempat les, akan membangun kedekatan orangtua dan anak, bonding yang sangat perlu dilakukan secara rutin.

Parents, jadilah contoh bagi anak

“Lead by example” – jadilah contoh bagi anak, jangan hanya meminta mereka untuk disiplin dan melakukan apa yang kita perintahkan, tapi, sebagai orangtua, kita sendiri harus menjalankan kebijakan-kebijakan yang kita tentukan sendiri.

Anak mencontoh orangtuanya, maka, menjadi orangtua yang sehat, aktif dan selalu berikan perhatian pada anak, supaya anakpun dapat memetik teladan yang baik dari kita sebagai orangtua mereka.

 

Pandemi sudah hampir usai, tetap jaga kesehatan

Pandemi sudah hampir usai, tapi jangan lupa, selain COVID-19 yang masa berlakunya sudah hampir habis, ada banyak penyakit lain yang masih mengintai di luar sana. Mulai memperhatikan kesehatan sendiri dan seluruh keluarga, harus jadi prioritas utama. Mulailah memberikan hadiah terbaik bagi kamu dan orang-orang yang terpenting dalam hidupmu, dengan memberikan perlindungan lewat asuransi kesehatan.

Perlindungan sepanjang waktu dalam bentuk asuransi kesehatan ini akan selalu ada untuk kamu di situasi seperti apapun, memberi dukungan dan memproteksi kamu beserta orang-orang yang terpenting dalam hidupmu. Kamu tertarik untuk tahu lebih lanjut bagaimana kamu bisa menciptakan perlindungan sepanjang waktu bagimu dan keluarga tersayang? GMS solusinya!

Kini, Generali Indonesia menghadirkan Asuransi Tambahan Generali Medical Solution yang dapat dipilih oleh nasabah dalam merencanakan perlindungan kesehatan untuk diri sendiri dan keluarga tercinta. Asuransi Tambahan Generali Medical Solution memberikan perlindungan kesehatan menyeluruh untuk Nasabah yang memerlukan perlindungan kelas satu.

Dilengkapi dengan fasilitas pembayaran biaya perawatan sesuai tagihan dengan fasilitas cashless di jaringan rumah sakit rekanan, hingga wilayah pertanggungan sampai dengan seluruh dunia, GMS juga meng-cover perawatan berbagai penyakit kritis.

Ingin mulai menambahkan GMS ke program asuransimu? Kamu bisa berkonsultasi dengan Agen Generali yang terdekat di kotamu, lewat tautan berikut ini.

Parenting Tips: tingkatkan imun tubuh anak lewat gaya hidup sehat

Bagikan
suka artikel ini :