Tahun 2022 ini, banyak sekali yang sudah berubah seputar situasi dan kondisi terkait Coronavirus COVID-19. Dengan statusnya yang perlahan berubah turun level dari pandemi menjadi endemi, juga berbagai update lain yang perlu diketahui mengenai kehidupan pasca pandemi.
Kali ini, Generali Indonesia mengumpulkan 11 pertanyaan yang paling banyak dicari lewat Google, khusus untuk para pembaca. Yuk, simak bersama sampai habis.
1. Saya sudah divaksin dosis lengkap dan booster. Apakah saya masih bisa terkena COVID-19?
Pakar kesehatan dari CDC (Centers for Disease Control and Prevention) Amerika Serikat menginformasikan bahwa vaksin tidaklah seratus persen efektif mencegah infeksi. Jadi, meskipun sudah mendapatkan dosis lengkap pertama dan kedua bahkan sudah booster vaksin, seseorang tetap dapat terinfeksi Coronavirus COVID-19.
Bedanya, vaksin membantu mencegah gejala yang parah terjadi pada penderita terinfeksi COVID-19. Vaksinasi, seperti sejarah telah membuktikannya, berkontribusi besar untuk mencegah pasien terdampak gejala berat hingga risiko kematian. Baik untuk cacar air, polio maupun penyakit lainnya, tak terkecuali COVID-19.
Jadi, pasien yang sudah lengkap dosis vaksin berikut booster, bisa terkena COVID-19 tapi kemungkinan bergejala parah bisa diminimalisir.
2. Bisakah kita mendapat vaksin booster yang berbeda dengan vaksin dosis pertama dan kedua?
Sejak akhir Februari 2022 lalu, pemerintah Indonesia resmi menambahkan regimen vaksin booster menjadi sebanyak 6 jenis, yaitu Sinovac, Astra Zeneca, Pfizer, Moderna, Janssen dan Sinopharm.
Pemberian dosis vaksin booster bisa melalui dua mekanisme, Homolog, yaitu pemberian booster dengan jenis vaksin yang sama dengan vaksin primer dosis lengkap sebelumnya. Atau, Heterolog, yaitu dosis booster diberikan dengan jenis vaksin berbeda dengan vaksin primer dosis lengkap yang telah didapat seseorang.
Beberapa contoh regimen booster Heterolog antara lain:
- Vaksin primer Sinovac, dapat diberikan vaksin booster Astra Zeneca atau Pfizer separuh dosis, atau Moderna dosis penuh.
- Untuk vaksin primer Astra Zeneca, maka booster dapat menggunakan Moderna atau Pfizer separuh dosis, atau Astra Zeneca lagi dengan dosis penuh.
- Vaksin primer Pfizer dapat menggunakan booster Pfizer atau Astra Zeneca dosis penuh, atau Moderna separuh dosis.
Sebaiknya, sebelum menerima vaksin booster, konsultasikan dulu dengan rumah sakit, klinik atau faskes dimana kamu telah menerima vaksin dosis primer.
3. Apakah vaksin COVID-19 aman untuk ibu hamil dan menyusui?
Vaksin COVID-19 dinyatakan aman digunakan untuk ibu hamil, namun, sebaiknya tetap berkonsultasi dengan dokter kandungan sebelum menerima dosis vaksin ya.
Di Indonesia sendiri, ibu hamil diizinkan diberikan vaksin dengan vaksin jenis mRNA Pfizer dan Moderna, serta vaksin virus inaktif Sinovac, sesuai dengan ketersediaannya di rumah sakit, klinik atau faskes terdekat. Pemberian dosis pertama vaksinasi dimulai pada trimester kedua kehamilan dan dosis kedua disesuaikan dengan interval sesuai jenis vaksin.
Sedangkan untuk ibu menyusui, Sekjen Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia menjelaskan bahwa semua jenis vaksin COVID-19 dapat digunakan untuk ibu menyusui.
4. Apakah vaksin COVID-19 dibutuhkan bagi anak-anak?
Vaksinasi COVID-19 untuk anak sudah dimulai sejak 30 Juni 2021 untuk usia 12-17 tahun dengan vaksin Sinovac atau Pfizer, dan pada 14 Desember 2021 untuk usia 6-11 tahun dengan vaksin Sinovac. Vaksinasi dilaksanakan di Puskesmas, RS, Pos Pelayanan Vaksin Sekolah, atau Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA).
Ini tentunya sudah melewati uji coba klinis dan penelitian yang cukup mendalam, jadi jangan kuatir ya, justru pemberian vaksin ini akan membantu si kecil terhindar dari gejala parah COVID-19.
5. Apakah ada lagi varian baru COVID-19 setelah Omicron?
Pada Maret lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa satu varian baru COVID-19 telah diidentifikasi. Secara tidak resmi, varian ini lantas disebut “Deltacron”, karena ternyata merupakan kombinasi varian Delta dan varian Omicron.
Tapi, WHO belum menganggap varian ini sebagai varian yang perlu diperhatikan.
Ke depannya, selama virus COVID-19 masih ada, maka ia akan terus bermutasi. Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Indonesia menginfokan bahwa mutasi virus COVID-19 memang akan terus terjadi, tapi bukan berarti virus tersebut akan menjadi semakin ganas. Virus sejatinya akan semakin menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan terjadi secara alami dan acak. Mutasi juga merupakan bagian dari proses seleksi natural oleh alam sendiri, jadi mutasi-mutasi yang terjadi terus semakin lama tidak harus menjadi semakin ganas, tapi semakin hari kian sesuai dengan lingkungannya.
6. Apakah Coronavirus COVID-19 sudah resmi dinyatakan sebagai endemi di Indonesia?
Sampai akhir Mei 2022, pemerintah masih belum nyatakan secara resmi bahwa Coronavirus COVID-19 sudah beralih status menjadi endemi, tapi berbagai instansi pemerintahan sudah sempat menyatakan bahwa Indonesia telah memasuki proses alih status ini, meskipun belum seratus persen berjalan.
Kita tunggu saja update selanjutnya dari pemerintah langsung, ya.
7. Masih wajibkah pakai masker saat beraktivitas di luar rumah?
Medio Mei 2022, Presiden Joko Widodo telah resmi umumkan bahwa melepas masker di area terbuka kini dibolehkan. Kebijakan ini termasuk salah satu pelonggaran peraturan terkait pandemi Coronavirus COVID-19, yang sudah diberlakukan sejak Indonesia dinyatakan darurat COVID-19 pada akhir Maret 2020 lalu.
8. Bagaimana dengan penggunaan masker saat berada dalam ruang publik tertutup dan transportasi umum?
Ternyata, menurut aturan pemerintah, tak semua aktivitas kini mengizinkan bebas masker. Masyarakat boleh lepas masker saat berada di luar ruangan yang tidak padat orang, misalnya saat berolahraga di stadion atau berjalan kaki di luar ruangan. Tetapi, untuk kegiatan di ruangan tertutup seperti jalan-jalan ke mal atau makan di restoran, dan saat menggunakan transportasi publik, pemakaian masker masih tetap diwajibkan.
9. Betulkah untuk naik pesawat tak perlu lagi tes Antigen atau PCR?
Bersamaan dengan dibebaskannya penggunaan masker di ruang terbuka, Presiden Jokowi juga mengizinkan penumpang kereta api hingga pesawat udara yang sudah divaksinasi lengkap, untuk tidak lagi diwajibkan menyertakan hasil tes Antigen atau PCR negatif.
Namun, bagi pelaku perjalanan yang masih belum lengkap vaksinasinya dan pengidap komorbid, masih diwajibkan lakukan tes Antigen dan PCR sebelum penerbangan / keberangkatan kereta api.
10. Apakah kita semua sudah bisa berlibur ke luar negeri lagi?
Nah, ini tentunya sangat tergantung pada negara tujuan liburanmu, ya. Sejumlah negara tetangga seperti Singapura dan Thailand sudah menerapkan “VTL” yaitu “Vaccinated Travel Lane”, artinya bebas masuk ke negara tersebut tanpa karantina bila sudah divaksinasi lengkap.
Demikian pula dengan Amerika Serikat, Inggris, Perancis dan berbagai negara Eropa lainnya.
Akan tetapi, negara-negara lain seperti Jepang dan RRC (Republik Rakyat Cina) masih memberlakukan larangan masuk kepada warga negara asing, bila tidak dilakukan atas kepentingan seperti bekerja, studi atau pengobatan melainkan atas alasan wisata / kunjungan non esensial lainnya.
11. Apa itu “Long COVID” dan bagaimana menanganinya?
Long COVID ternyata perlu diwaspadai, karena pasien yang sudah sembuh dari COVID-19 pun dapat terkena gejala yang mengganggu kesehatan. Long COVID adalah kondisi tidak normal yang mungkin terjadi pasca sembuh dari COVID-19 dan efeknya terjadi dalam waktu cukup lama.
Beberapa gejala Long COVID:
- Sesak napas, kesulitan bernapas atau napas pendek-pendek
- Mudah lelah
- Sulit untuk fokus dan konsentrasi
- Batuk, sakit dada, sakit perut, sakit kepala
- Jantung berdebar-debar
- Nyeri sendi
- Badan sakit seperti ditusuk jarum
- Diare dan gangguan pencernaan
- Insomnia atau malah kebalikannya, terus-terusan ngantuk dan tidur lama
- Demam
- Kepala berkunang-kunang saat berdiri
- Gatal-gatal / ruam di badan
- Merasa depresi
- Anosmia / hidung tidak peka / tidak dapat mencium bau
- Lidah jadi tidak dapat mengecap rasa makanan
- Siklus haid berubah tak beraturan
- Dan lain-lainnya
Semua informasi di dalam artikel ini berasal dari situs resmi WHO (World Health Organization) dan situs resmi Satgas Covid-19 Indonesia.
Biarpun pandemi otw selesai, kesehatan tetap harus jadi prioritas
Pandemi otw selesai, tapi tetap kesehatan harus jadi prioritas utama. Jangan lupa, bahwa, selain COVID-19, masih banyaaak sekali berbagai penyakit lainnya di luar sana.
Ciptakan jaring perlindunganmu sendiri supaya kamu dan seluruh keluarga selalu tenang menjalani hari-hari yang bebas worry!
Apa benefitnya punya jaring proteksi ini? Perlindungan sepanjang waktu ini akan selalu ada untuk kamu di situasi seperti apapun, memberi dukungan dan menjaga kamu beserta orang-orang yang terpenting dalam hidupmu. Tertarikkah kamu untuk tahu lebih lanjut bagaimana kamu bisa menciptakan perlindungan sepanjang waktu bagimu dan keluarga tersayang? GMS solusinya!
Kini, Generali Indonesia menghadirkan Asuransi Tambahan Generali Medical Solution yang dapat dipilih oleh nasabah dalam merencanakan perlindungan kesehatan untuk diri sendiri dan keluarga tercinta. Asuransi Tambahan Generali Medical Solution memberikan perlindungan kesehatan menyeluruh untuk Nasabah yang memerlukan perlindungan kelas satu.
Dilengkapi dengan fasilitas pembayaran biaya perawatan sesuai tagihan dengan fasilitas cashless di jaringan rumah sakit rekanan, hingga wilayah pertanggungan sampai dengan seluruh dunia, GMS juga meng-cover perawatan berbagai penyakit kritis.
Ingin mulai menambahkan GMS ke program asuransimu? Kamu bisa berkonsultasi dengan Agen Generali yang terdekat di kotamu, lewat tautan berikut ini.