Parenting Tips: ajari anak 10 kebiasaan baik ini sejak kecil

Menurut teori dari John Locke, filsuf ternama Inggris, ahli kesehatan dan peneliti di Oxford pada abad ke-17, anak-anak bagaikan kertas putih. Filsuf ini dengan bijak menggambarkan anak-anak seperti sebuah kertas kosong, yang karakternya bisa ditulis oleh berbagai pengalaman dalam hidupnya. Nah, di sinilah peran orang tua: penulis pertama pada kertas kosong bagi anak mereka.

Parenting lewat teladan: karena anak belajar dari orangtuanya

Monkey see, monkey do (monyet melihat, monyet melakukan) menjelaskan bagaimana seseorang mencontoh dan menerapkan pembelajaran yang mereka lihat tanpa pemahaman yang dalam sebelumnya. Anak belajar lewat teladan. Yaitu mencontoh perilaku orangtua mereka sendiri, sebab orangtua adalah orang dewasa yang berinteraksi pertama dengan anak.

Jadi, anak adalah cerminan orangtuanya. Karena itu, bagaimana kita mendidik anak kitalah yang akan berperan membangun pribadi serta membentuk karakter anak kita, dari berbagai aspek hidup.

Parenting yang tegas dan adil: orangtua yang bijaksana mendidik anak dengan tough love

Apa itu “tough love”? Secara harafiah, diartikan istilah bahasa Inggris ini adalah “cinta yang keras”. Menunjukkan kasih sayang dengan berlaku tegas, aplikasi cinta tangguh dalam parenting. Artinya, orangtua tidak cuma memanjakan anak saja, tapi mendidik mereka dengan benar. Tidak ya tidak, salah ya salah, bukannya selalu mengiyakan apa kata anak dan mengabulkan semua permintaannya saat itu juga.

Sebab, bila seorang anak terlalu dimanja, ia akan tumbuh menjadi orang dewasa yang egois dan selalu merasa benar. Jadi, orangtua harus menempatkan diri dengan adil bagi anak: anak benar ya dibela, anak salah ya diluruskan. Bukan juga berarti main tangan, ya! Pengaplikasian cinta tegas lewat ajaran kemandirian, tetap tidak perlu main tangan – cukup dengan bersikap pada tempatnya sesuai situasi dan kondisi kepada anak.

Parenting Tips: 10 kebiasaan baik yang perlu diajarkan pada anak sejak kecil

Kebiasaan-kebiasaan yang baik perlu ditanamkan kepada anak sejak dini, sebab orangtua adalah guru pertama anak – atau berdasarkan pemahaman filsuf John Locke di atas tadi, “penulis pertama pada kertas putih bersih” tersebut.

Karena membangun karakter anak tidak sebentar, tapi melalui proses selama bertahun-tahun, maka orangtua harus konsisten dan mulai mengajari anak sedini mungkin – sehingga kebiasaan-kebiasaan baik ini terpatri dalam hidup mereka dan akan bertahan sampai anak sudah dewasa nanti. Dan kelak, anak yang menjadi orang dewasa dengan kebiasaan baik ini, diharapkan untuk dapat meneruskan menjalankan kebiasaan-kebiasaan baik tersebut kepada anak dan cucu mereka sebagai generasi penerus kita.

1. Menghargai sesama dan tidak pandang bulu dalam berteman

Semua manusia diciptakan sama, hanya saja, dalam hidup kemudian ada berbagai situasi yang lantas menciptakan perbedaan. Sejak kecil, ajari anak untuk selalu menghargai sesama dan tidak pandang bulu dalam berteman. Hormati semua orang tanpa terkecuali, apapun situasi keluarga dan status sosialnya, juga tanpa memandang suku, adat, ras dan agamanya.

2. Selalu jujur, tapi berhati-hati dengan ucapan supaya tidak menyakiti orang lain

Sangat penting untuk selalu jujur, tapi tetap dengan menimbang rasa, anak harus diajari untuk berhati-hati saat menuturkan ucapan sehingga tidak menyakiti orang lain. Tenggang rasa ini penting diajari sejak dini.

3. Tidur cukup dan bangun pagi setiap hari

Tidur dengan cukup sangat penting, terutama untuk anak dalam masa pertumbuhan. Jangan membiasakan anak tidur tak tentu jamnya, selalu tentukan waktu maksimal anak harus masuk kamar dan tidur.

Idealnya, anak usia di bawah 8 tahun maksimal tidur jam 8 malam, sehingga mereka punya waktu 10 jam untuk tidur hingga jam 6 pagi. Anak di atas 8 tahun boleh tidur maksimal jam 9 malam, sehingga masih ada waktu 9 jam untuk tidur cukup sesuai dengan kebutuhan mereka.

Bangun pagi juga sangat penting! Biasakan untuk menyetel alarm weker anak-anak di jam 6 pagi, sehingga mereka masih punya waktu cukup untuk mandi dan bersiap-siap sebelum sekolah. Umumnya, TK dan SD memulai kegiatan belajar dan mengajar pada jam 7:30 hingga jam 8 pagi, jadi perhitungkan juga waktu untuk berkomuter dari rumah ke sekolah, ya.

4. Hygiene pribadi sangat penting untuk diajarkan sejak dini

Menjaga personal hygiene atau kebersihan diri pribadi, sangat penting. Sejak anak mulai bisa mengerti perintah sederhana, mulai usia sekitar 18-24 bulan, ajari mereka seputar kebersihan diri. Mulai dari mandi pagi dan sore, menggosok gigi dengan baik dan benar, menyisir rambut, mengenakan baju yang bersih sampai menjaga kebersihan kuku tangan dan kaki.

Plus, ajari juga mereka untuk rajin cuci tangan, terutama sebelum waktu makan atau sebelum memegang makanan.

5. Waktu makan bersama keluarga itu sakral

Sesibuk apapun keluarga kecilmu, selalu sisihkan waktu untuk makan bersama-sama. Entah itu di pagi hari saat sarapan, maupun saat makan malam (ya, biasanya makan siang anak di sekolah dan orangtua di kantor). Bila tidak sempat di hari biasa karena jadwal sekolah anak dan kantor orangtua padat, luangkan waktu di akhir pekan.

Makan bersama-sama, duduk bareng di satu meja makan dan menikmati hidangan, membuka kesempatan untuk orangtua dan anak bertatap muka, berbagi cerita dan keluh kesah sehingga bonding / ikatan keluarga pun semakin erat.

6. Menghormati lawan jenis dan tidak membiarkan mereka disentuh orang lain selain keluarga inti

Sedari kecil pula, tanamkan rasa hormat anak pada lawan jenis. Ini artinya, orangtua harus mendidik anak laki-laki untuk menghormati saudara atau kawan mereka yang berjenis kelamin perempuan, dan sebaliknya pula.

Anak-anak terkadang tidak paham bagaimana cara yang tepat untuk bersikap saat interaksi dengan teman sebaya. Ini penyebab anak-anak cenderung mudah bersikap kasar atau bersikap keliru pada lawan jenis. Kesetaraan gender memang saat ini menjadi salah satu isu penting di seluruh dunia, Nah, orangtua bisa memberikan contoh langsung bagaimana menghormati lawan jenis kepada anak, salah satunya dengan menjaga sikap dan perkataan agar selalu sopan kepada lawan jenis.

Kemudian, selain sikap sopan, tanamkan pengertian pada anak kita bahwa diri mereka tidak boleh disentuh orang lain selain keluarga inti: ayah dan ibu mereka saja. Beri mereka pemahaman bahwa mereka juga tidak boleh memperlihatkan bagian tubuh yang sensitif kepada siapa-siapa tanpa alasan yang jelas, termasuk orang dewasa lain, guru dan orang lain yang bukan merupakan orangtua mereka langsung.

7. Tidak pelit dengan ucapan kata “tolong” dan “terimakasih”

Orang dewasa yang tahu sopan santun, paham bahwa dua kata ini: “tolong” dan “terimakasih” merupakan dua kata ajaib yang bisa berpengaruh positif dalam berbagai aspek kehidupan. Ajari anak sejak kecil untuk membiasakan diri meminta tolong dengan sopan dan berterimakasih saat sudah diberi bantuan apapun, sehingga mereka mengingat hal ini sampai sudah besar nanti.

8. Makan sehat dan seimbang, rajin olahraga dan aktif sepanjang hari

Membiasakan anak sejak kecil dengan pola makan sehat dan seimbang, rajin berolahraga dan selalu aktif sepanjang hari, akan membantu membentuk karakter mereka menjadi orang dewasa yang bertanggungjawab akan kesehatan mereka pula.

Faktanya, saat ini di dunia semakin meningkat kasus obesitas pada anak, disebabkan gaya hidup yang sedentari. Sebagai orangtua, kita wajib menjaga supaya anak kita tidak obesitas, optimal pertumbuhan dan kesehatannya, sekaligus membangun rasa percaya diri yang positif.

Dengan mengajarkan anak untuk makan empat sehat lima sempurna, mengajak mereka aktif bergerak sepanjang hari dengan jalan kaki dan olahraga, maka kita sudah melakukan salah satu tugas kita sebagai orangtua yang baik.

9. Menang dan kalah itu biasa, tapi nikmati semua prosesnya

Menang atau kalah dalam sebuah permainan itu biasa. Tanamkan ini sejak kecil kepada anak, supaya ia mengerti bahwa hidup ya seperti itu. Kadang kita menang, kadang kita bisa kalah. Biasakan diri untuk tidak selalu mengalah dengan sengaja pada anak saat kita bermain permainan atau berkompetisi olahraga, untuk menjaga ekspektasi anak pada dunia luar nantinya.

Yang harus diajarkan kepada anak, bukan soal menang atau kalahnya, tapi pentingnya menikmati semua tahapan saat sedang berproses metamorfosa menjadi pribadi yang lebih baik.

Dan satu hal, ajari anak untuk resilien – tahan banting dan tidak mudah patah arang, sebab kegagalan itu hal yang biasa – dan bahwa bila mereka terus berusaha keras, maka suatu saat nanti keberhasilan akan dapat mereka raih.

10. Beri waktu untuk anak, dengarkan cerita mereka dan ajak mereka untuk selalu terbuka pada orangtua akan hal apapun

Sebagai orangtua, kita harus selalu mendukung anak dalam hal apapun, asalkan itu adalah kegiatan yang positif atau sesuatu yang berdampak baik bagi kehidupannya.

Dekati anak, ajak ia bercerita tentang hari-harinya di sekolah, kenali teman-teman dekatnya, dan beritahu anak bahwa kita sebagai orangtua akan selalu ada untuk mereka – bila mereka ingin bercerita tentang hal apapun. Cerita sereceh apapun, hargai dan dengarkan mereka. Masalah apapun, mulai dari persoalan seputar kegiatan belajar mengajar, masalah seputar pertemanan, apapun itu – dengarkan anak kita.

Apalagi, saat ini marak kasus bullying dimana anak tidak berani / tidak bisa / tidak mau terbuka pada orangtua mereka, yang berujung anak stres, depresi bahkan sampai nilai-nilainya anjlok. Jangan sampai ini terjadi pada anak kita, dekati dan dukung mereka selalu sebelum terlambat. Demikian juga dengan kasus anak-anak yang menggunakan narkoba atau terlibat kejahatan, seringnya ini disebabkan oleh faktor ketidak-terbukaan mereka kepada orangtua – orangtua yang terlalu sibuk dan kurang perhatian, misalnya.

Bila sedari kecil anak sudah merasa dekat, aman dan nyaman kepada kita selaku orangtuanya, maka mereka tidak akan segan berbagi keluh kesah sehingga kita sebagai orang dewasa bisa membantu mereka mencari penyelesaian masalah mereka. Sesibuk apapun kita, usahakan untuk selalu menyisihkan waktu ber-quality time bersama anak-anak kita.

Parenting Tips: Anak tidak minta dilahirkan, dan bukan investasi masa depan

Yang terakhir yang harus Moms and Dads ingat, ya. Anak tidak pernah minta untuk dilahirkan. Saat mereka sudah hadir ke dunia, tanggungjawab untuk merawat, mendidik dan membesarkan mereka ada pada kita, sebagai orangtua mereka. Sudah jadi kewajiban kita untuk mengasuh mereka dengan kasih sayang dan porsi cinta yang pas, sampai mereka dewasa nanti dan bisa terbang dengan sayap mereka sendiri.

Anak juga bukan investasi masa depan, justru kita sebagai orangtualah yang bertanggungjawab untuk mempersiapkan masa depan anak kita.

 

BeSMART untuk anak-anak kita, hadiah yang tak ternilai harganya

Sebagai orangtua, kita selalu mau yang terbaik untuk anak kita, kan? Ada 2 hal yang tak ternilai harganya dalam hidup kita, yaitu kesehatan dan kebahagiaan. Kedua hal ini bisa kamu jaga dan lindungi selalu, lewat persiapan matang dan perencanaan yang tepat.

Apa syaratnya? Syaratnya adalah kamu harus punya perlindungan plus plus, perlindungan sekaligus pertanggungan untuk proteksi kamu dari segala kemungkinan hidup yang serba tak pasti. Nah, untuk perlindungan sekaligus pertanggungan, BeSMART bisa jadi pilihan terbaik untuk kamu.

BeSMART dukung kamu maju tanpa ragu. Produk asuransi tradisional digabung dengan perlindungan berupa Uang Pertanggungan apabila Tertanggung meninggal dunia hingga usia 100 tahun. BeSMART memberikan fleksibilitas bagi kamu untuk memilih jangka waktu pembayaran premi serta memiliki berbagai jenis Manfaat Tambahan.

Salah satu manfaat BeSMART adalah "Critical Illness Benefit", yaitu Manfaat Tambahan yang memberikan manfaat perlindungan terhadap penyakit kritis sebesar 50% Uang Pertanggungan Manfaat Utama. BeSMART juga bisa dibuat semakin paripurna dengan rider asuransi tambahan, seperti Generali HealthCare Solution (GHS), yaitu manfaat penggantian rawat inap dan rawat jalan.

Kamu bisa hubungi agen Generali terdekat di kotamu untuk tahu lebih lanjut mengenai bagaimana memulai program BeSMART-mu sendiri.

Bagikan
suka artikel ini :