Sandwich Generation adalah kategori orang yang paling butuh perlindungan dan proteksi asuransi – ini alasannya!

Banyak dari kita yang dalam usia produktif, punya tanggungan dua arah: ke atas dan ke bawah. Artinya, membiayai keperluan hidup orangtua yang sudah tua / pensiun dan tidak punya penghasilan lagi (tanggungan ke atas), dan sekaligus juga membiayai diri kita sendiri berikut keluarga kecil yang baru kita bangun, termasuk pasangan (bila kebetulan pasangan tidak bekerja) dan anak-anak kita sendiri yang tentunya masih kecil dan perlu banyak biaya (tanggungan ke bawah).

Nah, karena kita “terjepit di tengah-tengah” – bak roti lapis isi, kita-kita ini lantas diberi nama istilah “Sandwich Generation” oleh para ahli – maju mundur kena, kita berada di tengah-tengah dan diapit dua lapis roti atas dan bawah – yaitu orangtua dan anak-anak kita. Perumpamaan yang cukup tepat, ya.

Sandwich Generation di Indonesia terus meningkat: ini fakta!

Rasio ketergantungan lansia (orang lanjut usia) kepada orang dalam usia produktif ternyata semakin meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia. Data BPS 5 tahun terakhir menunjukkan bahwa rasio ketergantungan lansia (usia 60 tahun ke atas) terus meningkat, dari angka 14,02 persen di tahun 2017 lalu, menjadi 16,76 persen di tahun 2021.

Artinya, setiap 100 orang Indonesia yang berada dalam masa produktif (15 hingga 59 tahun) ternyata harus menanggung secara finansial biaya-biaya hidup dari setidaknya 17 orang Indonesia yang berusia di atas 60 tahun (lansia).

Sandwich Generation menanggung beban ke atas dan ke bawah

Secara finansial, Sandwich Generation harus bekerja untuk dua generasi, generasi orangtua dan generasi anak mereka.

Nah, ini artinya, beban mental orang yang berada dalam posisi Sandwich Generation ini luar biasa besar. Harus mencukupi kebutuhan hidup orangtua, sementara anak juga butuh biaya-biaya yang semakin besar.

Rentan kena beban mental

Sandwich Generation ternyata rentan terkena stres – beban kerja yang lebih berat dari biasa, keharusan menanggung biaya hidup banyak orang, ini bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan.

Nggak heran banyak Sandwich Generation yang diam-diam memendam stres bahkan cenderung ke arah depresi. Tapi karena tingkat resiliensi yang kuat, cinta dan bakti kepada orangtua dan anak, Sandwich Generation mencoba bertahan di tengah beratnya beban hidup.

Tapi, sebagai manusia biasa, wajar tentu saja bila sesekali orang yang berada di posisi Sandwich Generation, bisa merasa down atau depresi karena tekanan finansial yang semakin hari semakin besar. Mulai dari biaya hidup dan biaya perawatan orangtua yang semakin menua, sampai kepada kebutuhan sandang-pangan-papan dan pendidikan anak yang harganya kian hari kian meningkat.

Kenapa Sandwich Generation sangat butuh punya asuransi yang memadai?

Simpel saja sih. Sandwich Generation-lah yang merupakan penghasil uang utama di keluarga. Sandwich Generation-lah yang bekerja mencukupi kebutuhan hidup semua orang dalam rumah tangganya, secara finansial.

Ini artinya, bila sesuatu yang buruk terjadi pada Sandwich Generation, seperti meninggal mendadak karena kecelakaan atau sakit tak terduga, maupun terjangkit penyakit kritis seperti stroke atau kanker, maka kedua generasi yang bergantung pada si Sandwich Generation pun ikut terkena imbasnya: kehilangan penopang biaya hidup mereka.

Nah ini jelas merupakan sesuatu yang tidak diinginkan, kan? Karena itulah memiliki asuransi, bagi si Sandwich Generation, merupakan hal penting yang tidak bisa ditawar.

Sandwich Generation jangan sampai sakit kritis!

Bila si Sandwich Generation terkena penyakit kritis dan tidak bisa bekerja lagi, sudah dipastikan imbasnya akan mengenai berbagai pihak. Pihak orangtua yang disokong hidupnya oleh si Sandwich Generation, pihak Sandwich Generation sendiri yang sulit menabung dan tentunya pihak anak si Sandwich Generation yang masih menjadi tanggungan.

Makanya, Sandwich Generation jangan sampai sakit kritis – kesehatan merupakan salah satu aset utama bagi kamu-kamu yang kebetulan menjadi bagian dari generasi ini.

Asuransi kesehatan dan penyakit kritis sebagai perlindungan pertama

Perlindungan pertama yang harus dipikirkan seorang Sandwich Generation, adalah asuransi kesehatan dan penyakit kritis.

Dengan memiliki proteksi terhadap penyakit kritis maupun kecelakaan, Sandwich Generation sudah sekaligus melindungi anak, orangtua dan diri mereka sendiri dari kemungkinan menanggung biaya luar biasa besar untuk pengobatan.

Asuransi kesehatan milik negara, yaitu BPJS, sekarang wajib untuk dimiliki. Tapi, dengan waktu tunggu dan keterbatasan pilihan layanan, banyak orang yang memilih punya asuransi tambahan. Nah, selain BPJS, lengkapi perlindunganmu dengan asuransi pribadi, supaya kamu selalu dalam perlindungan maksimal bagi segala kemungkinan.

Asuransi jiwa sebagai perlindungan lapis kedua

Perlindungan lapis kedua yang wajib kamu punya sebagai Sandwich Generation, adalah asuransi jiwa.

Dengan memiliki asuransi jiwa, maka Sandwich Generation akan memberikan perlindungan kepada orang-orang tercinta lewat pertanggungan yang akan didapatkan bila (ketok-ketok meja kayu dulu, ya) si Sandwich Generation meninggal dunia.

Kehilangan breadwinner sumber pendapatan utama dalam rumah tangga, tapi orangtua si Sandwich Generation dan anak mereka, akan mendapatkan uang pertanggungan untuk melanjutkan hidup sementara waktu.

Lapis perlindungan ketiga: ketenangan batin dalam menghadapi masa depan

Tidak ada yang bisa tahu apa yang akan terjadi di masa depan, dan kekhawatiran akan musibah yang mungkin terjadi hanya akan merampas kebahagiaan dari apa yang kita miliki hari ini. Hidup hanya sekali, jangan sampai terbuang percuma untuk memikirkan yang tidak pasti. 

Asuransi tidak akan menghentikan musibah, tapi memiliki jaring perlindungan untuk kita dan orang-orang tersayang tentu bisa membawa secercah ketenangan batin.

Saat batin tenang dan tidak terganggu, maka kita akan merasa lebih lega dan bebas untuk mengejar aspirasi masa depan.

Putuskan mata rantai Sandwich Generation kepada generasi penerus

Setelah kita sendiri menjadi Sandwich Generation, lantas apakah kita akan membuat anak-anak kita, generasi penerus berikutnya, mengalami hal yang sama?

Jawabannya tentu TIDAK. Sebagai orangtua, kita selalu menginginkan segala sesuatu yang terbaik untuk anak kita. Tak terkecuali persoalan masa depan.

Bila orangtua kita tak sempat merencanakan masa depan mereka, maka kita sebaiknya tidak melakukan pilihan yang sama dan jadi mengulang-ulang sejarah kehidupan. Persiapkan masa depan selagi bisa, lewat tabungan, investasi dan asuransi, supaya kelak kita tidak akan menyusahkan anak kita.

Memutuskan mata rantai Sandwich Generation, artinya membuat anak-anak kita terlepas dari belenggu kewajiban menafkahi orangtua, yang akan membuat mereka bebas menentukan masa depan mereka sendiri tanpa terbebani keharusan menanggung hidup orangtua mereka.

Apalagi, di masa mendatang, persaingan di dunia kerja semakin berat, maka, sebagai orangtua kita jangan sampai membebani anak-anak kita.

Lagipula, tergantung secara finansial kepada anak juga rasanya pasti kurang nyaman – ada rasa sungkan dan kita tak bisa menyuarakan pendapat sebebas kita mau. Makanya, penting untuk kita dapat selalu hidup mandiri sampai hari tua nanti.

Semangat, Pejuang Sandwich Generation!

Sebagai Sandwich Generation yang memiliki banyak tanggungan, kita perlu senantiasa sigap penuh siasat menghadapi segala ketidakpastian masa depan. 

Kadang memang terasa berat, tapi tetap semangat ya, Generali Friend! Pelan-pelan kita berproses untuk melepaskan diri dari belenggu generasi orangtua kita, kemudian membangun pondasi masa depan mawas literasi finansial untuk generasi selanjutnya.

Bagikan
suka artikel ini :