Bila kamu merasa semakin sulit untuk konsen, yah, ternyata bukan kamu saja lho yang merasa begitu. Studi menunjukkan bahwa tingkat perhatian orang kini menurun sebanyak sepertiga sejak era milenium tiba. Terlalu banyak alat elektronik dan kemudahan komunikasi lewat teknologi kini mengubah masyarakat, menurut statistik, ada 60 milyar pesan yang terkirim lewat Facebook Messenger dan WhatsApp setiap hari di seluruh dunia - tiga kali lebih banyak dari SMS, lho! Jadi, bagaimanakah fenomena ini telah mengubah cara orang berinteraksi satu sama lain, dan bagaimana cara produk dan perusahaan berinteraksi dengan konsumen mereka?
Dulu, orang biasa mengirim surat yang ditulis tangan, kini, orang mengetik pesan; jika di masa lalu konsumen berjalan keliling pusat perbelanjaan untuk melihat barang di etalase toko, sekarang mereka melihat gambar produk dari ponsel, di rumah masing-masing. Dulu, kita saling bertanya bila membutuhkan informasi, kini, kita mengandalkan Google untuk mencari segala jawaban; di masa lalu, orang antri untuk membeli barang, sekarang, orang cukup pesan, klik tombol "beli", lalu barang diantarkan. Komunikasi dengan segala bentuk usaha, toko, servis dan jasa jadi lebih cepat dan lebih teratur, dan tentunya, pembeli semakin jadi raja yang punya kekuatan lebih besar dari sebelumnya.
Mudahnya akses informasi dan komunikasi membuat pembeli kini lebih punya kekuatan ketimbang penjual. Konsumen zaman sekarang, sangat kritis dan cepat dalam hal membanding-bandingkan dan membagikan opini dan mereview produk dan jasa. Dengan sekali klik saja, konsumen bisa membaca review, membandingkan harga, dan bisa membuat sebuah usaha sukses atau bangkrut dalam pesan singkat 140 karakter saja.
Bagi para brand, menjual saja tidak cukup, mengubah konsumen menjadi pelanggan setia butuh usaha lebih untuk menjalin hubungan personal dan emosional. Komunikasi akrab dengan smileys dan emoji, contohnya, membuat interaksi jadi lebih singkat dan padat.
Selain itu, kini, banyak brand, contohnya Starbucks dan Red Bull, yang juga memilih berkomunikasi dengan gambar atau video ketimbang hanya tulisan. Semakin banyak foto, video, GIF, meme, siaran online dan gambar 3D yang berseliweran di medsos.
Media sosial membuat tak ada lagi batasan antara penjual dan konsumen, juga memudahkan kita untuk berkenalan dengan orang lain yang tinggal jauh sekalipun. Rata-rata orang menghabiskan dua jam setiap hari di medsos - faktanya, ini jauh lebih banyak dari waktu yang kita habiskan untuk makan, minum, bersosialisasi ataupun merawat diri.
Melihat kesempatan yang terbuka ini, beberapa brand-pun menggunakan media sosial untuk kepentingan masyarakat. Data dari medsos membuat brand juga bisa lebih mudah memahami konsumen, sehingga konten yang disajikan pun lebih sesuai dan lebih pas dengan audiens yang dituju. Dove, misalnya, fokus menarik konsumen lewat kampanye 'Real Beauty'-nya, Below Cepek yang meraih perhatian pelanggan dengan membanderol semua produk yang dijual dengan harga di bawah Rp 100 ribu, dan masih banyak lagi contoh lain pendekatan brand ke audiens yang menggunakan cara spesifik.
Selain itu, sadar lingkungan juga salah satu sisi lain yang digunakan brand untuk marketing, karena riset menunjukkan bahwa 66% dari konsumen mau membayar lebih untuk produk yang etis dan ramah lingkungan. Misalnya The Body Shop dan di Indonesia, Sayurbox yang selalu menekankan bahwa produk mereka merupakan produk yang etis dan memiliki tujuan sosial yang baik, sehingga konsumen pun menjadi pembeli setia karena merasa punya andil dalam berbuat baik.
Nah, karena segala penggunaan ponsel pintar dan teknologi yang berlebihan, kita pun kadang merasa kewalahan, muncullah trend baru "detox digital" alias "rehab gadget". Meski di Indonesia masih jarang yang melakukannya, tapi, misalnya di Inggris, sepertiga populasi netizen dewasa mencoba untuk menerapkan waktu bebas ponsel secara berkala, sehingga mereka bisa melakukan hal-hal lain yang sering terlupakan dan menikmati hidup lebih banyak saat sedang tak memegang ponsel terus-menerus. Banyak orang juga mulai sadar bahwa penggunaan alat elektronik berlebihan juga tak baik untuk kesehatan, sehingga kesehatan kembali jadi prioritas utama.
Di Indonesia sendiri, brand-brand yang punya pikiran maju, mulai kembali berusaha menyeimbangkan antara interaksi digital dan interaksi secara langsung. Misalnya Pizza Hut yang selalu memberikan berbagai penawaran diskon menarik bila konsumen datang untuk makan langsung di gerai mereka, atau Starbucks yang sempat membuat heboh dengan "No Gadget Week" - program beli satu gratis satu minuman untuk pelanggan dan satu teman, bila selama berada di gerai, pelanggan menyimpan ponsel mereka dan alih-alih menggunakan komunikasi digital, mereka mengobrol dengan teman yang datang bersama ke sana.
Meskipun dunia digital memang luarbiasa, kini orang mulai menyadari bahwa tak ada gambar atau emoji yang dapat menggantikan interaksi manusia sesungguhnya - genggaman tangan, kehangatan senyum dan obrolan langsung dengan teman atau sahabat, sama pentingnya dengan terus berkomunikasi lewat Whatsapp atau Facebook dengan orang-orang tersayang yang tinggal berjauhan - agar hidup di dunia maya dan dunia nyata tetap seimbang.
Di industri asuransi, dua hal ini, yaitu komunikasi dunia maya dan komunikasi di dunia sesungguhnya, sama pentingnya. Agen-agen di Generali memiliki iConnect 2.0, sebuah platform digital yang memberikan pengalaman melakukan kendali jauh lebih mudah, aman serta tanpa batasan waktu. Aplikasi ini mengerti kebutuhan nasabah dan dapat memberikan rekomendasi solusi yang cocok, berdasarkan tujuan proteksi yang diinginkan. Didesain khusus untuk tablet agar tenaga pemasaran dapat semakin profesional, lebih gesit melangkah dan mampu menjangkau komunitas masyarakat yang variatif dengan berbagai solusi proteksi jiwa.
Tak hanya itu, agen Generali pun kini memiliki website pribadi yang memungkinkan para agen bisa terus terhubung dengan klien dan memungkinkan mereka untuk selalu bisa bekerja dari mana saja, dengan sangat mudah, lewat ponsel atau laptop. Nasabah juga dengan mudah dapat menghubungi agen, karena web pribadi ini selain mobile-friendly juga sangat mudah di temukan di mesin pencarian seperti Google, sehingga calon klien yang tertarik bisa dengan mudah mengontak agen lewat website, ponsel, chat ataupun form kontak di website.
Platform ini pun mempermudah agen untuk mengatur jadwal temu dengan klien, sehingga komunikasi di dunia nyata tetap terjaga. Ya, kami setuju - bagaimanapun hebatnya teknologi, tetap harus ada sentuhan personal dimana hubungan yang baik dan kepercayaan pun akan terbangun seiring berjalannya waktu.
Dengan segala kemudahan dan fleksibilitas waktu bekerja, apakah kamu tertarik bergabung dengan Generali sebagai agen asuransi? Klik tautan ini untuk mengirimkan lamaran kerjamu. Kebebasan finansial sekaligus kesuksesan bisa jadi milikmu!
Selalu update dengan jenis-jenis bisnis baru dan berita seputar teknologi lewat artikel-artikel dari expert kami:
Trend perubahan cara belanja masyarakat ke arah online shopping
Bisnis jaman now: era entrepreneur digital
10 Sifat Pemimpin Bisnis yang Hebat
Memulai usaha sendiri: susah nggak sih? Simak tips Anti-Gagal berikut ini!