Financial Freedom: Ini Langkah Mencapai Kebebasan Finansial
Sering kita mendengar istilah “Financial Freedom”. Setiap hari, lewat kanal media, baik itu medsos Facebook, Instagram maupun TikTok, lewat berbagai situs berita dan siaran infotainment, kita disuguhi tayangan seputar kehidupan selebritis yang serba mapan, lantas kita pun berpikir, “inikah yang disebut ‘Financial Freedom’?”
Yuk, baca artikel Generali Indonesia ini, untuk belajar lebih jauh memahami apa itu “Financial Freedom” dan bagaimana cara mengatur strategi untuk mencapainya di usia semuda mungkin.
Financial Freedom: seperti apa definisinya?
“Financial Freedom”. Berasal dari kata-kata bahasa Inggris, istilah ini secara harafiah diartikan sebagai “Kebebasan Finansial”.
Kebebasan secara finansial, artinya kita punya uang, tabungan dan penghasilan yang cukup untuk menanggung seluruh biaya hidup kita seumur hidup, sekaligus bisa membeli maupun melakukan aktivitas apapun yang kita suka, yang tentunya menelan dana tidak sedikit.
Kondisi ini punya beberapa syarat:
- Tidak punya hutang dalam bentuk apapun, termasuk tidak punya pinjaman maupun cicilan sama sekali.
- Punya sumber penghasilan pasif yang bisa mencukupi kebutuhan hidup.
- Punya tabungan dan dana persediaan yang lebih dari cukup untuk biaya seumur hidup.
- Terlindungi secara finansial dari semua risiko.
- Bisa mengeluarkan dana untuk kesenangan apapun tanpa harus pusing memikirkan anggaran dana hidup bulanan akan terganggu.
Financial Freedom: mungkinkah dicapai semua orang?
Ada sebuah ungkapan yang banyak dikutip orang di medsos:
“If you are born POOR, it is absolutely not your FAULT, but if you DIE poor, it is definitely YOUR fault.”
Bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, artinya kurang lebih:
“Bila kamu terlahir sebagai orang miskin, ini sama sekali bukan salahmu, tapi, bila kamu meninggal dalam keadaan miskin, ini jelas adalah kesalahanmu.”
Wih, kejem amaaat? Begitukah pendapatmu? Ya, memang kesannya kejam. Tapi ini ada benarnya kok.
Sebab, terlepas dari status sosial dan kondisi ekonomi keluarga kamu, terlepas dari manapun kamu berasal, ada yang namanya tekad dan semangat.
Banyak orang sukses awalnya juga terlahir dari keluarga miskin, kok! Contohnya, Presiden Jokowi, Cristiano Ronaldo, dan Oprah Winfrey.
Presiden Jokowi sendiri pernah bercerita, bahwa ketika ia masih kecil, keluarganya sempat mengalami masa sulit – tergusur dari rumah sendiri, berpindah-pindah kontrakan dan tinggal di rumah sederhana di pinggir sungai.
Sedangkan Ronaldo, ibunya dulu adalah tukang masak, sedangkan ayahnya bekerja serabutan. Ronaldo bekerja keras mengembangkan bakatnya hingga menjadi salah satu atlet dan selebriti terkaya di dunia saat ini.
Cerita Oprah Winfrey lain lagi. Kisah masa lalu Oprah ternyata sangat kelam. Ia lahir di keluarga sangat miskin, dan kerap mendapat pelecehan seksual dari pria-pria di sekitarnya. Oprah yang selalu bercita-cita untuk membagikan kebaikan ke seluruh dunia, bekerja keras hingga sampai pada titik kesuksesan sekarang ini.
Apa persamaan ketiga orang yang kami jadikan contoh ini? Mereka semua berangkat dari kondisi keluarga kurang berada, dengan background yang berbeda-beda. Persamaannya: mereka semua pekerja keras, pantang menyerah, dan tahan banting. Mereka tak kenal lelah untuk berusaha memperbaiki hidupnya. Inilah yang patut dijadikan teladan kita semua.
Jawaban dari pertanyaan “Apakah semua orang bisa mencapai ‘Financial Freedom’?”
Adalah “YA”. Kamu bisa. Semuanya tergantung kerja keras dan usahamu, sebab usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil akhir yang didapatkan.
Financial Freedom: mencapainya bukan sekedar tentang menabung saja
Jadi, kalau ingin mencapai kebebasan finansial, apakah harus rajin menabung? Ya, betul, tapi menabung hanyalah salah satu dari beberapa elemen dan usaha yang harus kamu lakukan, bila kamu punya rencana mencapai tujuan yang satu ini.
Apa saja yang perlu dipikirkan dan dilakukan secara konsisten untuk capai kebebasan finansial?
1. Punya rencana yang jelas dan tentukan strategi mencapai tujuan
Buat rencana yang jelas. Kamu ingin punya rumah, mobil, tabungan, investasi dan penghasilan pasif sejumlah berapa, dan kapan? Di usia 30, 40 atau 50?
Lalu, tulis – dengan realistis – bagaimana strategi kamu untuk sampai ke titik tersebut.
Berapa gaji kamu sekarang? Apakah kamu bisa mencari tambahan penghasilan lain di luar gaji? Atau investasi? Berapa penghasilan maksimal yang bisa kamu dapatkan per tahun untuk ditabung atau diinvestasikan?
Catat semua ini dan gunakan program Excel untuk membuat hitung-hitungan secara jelas.
Kalau kamu tidak punya rencana, maka akan sulit untuk menentukan bagaimana kamu bisa bergerak memuluskan rencana kamu.
2. Mengaudit keuanganmu sendiri dengan jujur
Ayo, jujur ya. Jujur pada diri sendiri. Sebetulnya, seperti apa sih keadaan keuanganmu? Apakah semua gaji cuma numpang lewat setiap bulannya, dan kamu tidak bisa menabung sama sekali? Atau kamu punya pos pengeluaran yang sudah disisihkan masing-masingnya dan kamu tepati dengan baik?
Separah, atau sebaliknya, sebagus apapun keadaan keuanganmu saat ini, kamu harus tahu dengan pasti berapa banyak pemasukan dan pengeluaranmu setiap bulan. Dan, khusus untuk pengeluaran, kamu harus tahu pasti ke mana saja larinya uangmu.
Jangan menutup mata, membohongi diri sendiri tidak ada faedahnya. Yuk, jujur dan bila memang keadaan keuangan masih kurang baik, coba untuk mencari solusinya – apakah ada pengeluaran yang bisa kamu kurangi?
Misalnya, tiap hari ke Starbucks dan ke restoran saat jam makan siang di kantor. Coba hitung berapa banyak uang yang kamu gunakan, lalu bandingkan bila kamu membawa bekal dari rumah, berapa banyak yang bisa dihemat?
2. Prioritas itu untuk ditepati, bukan untuk dilanggar sering-sering
Milenial dan Gen Z Indonesia ternyata suka kena sindrom FOMO. Alias takut ketinggalan. Ini disebabkan oleh paparan konten yang mereka saksikan setiap hari, di media sosial terutama.
Jajanan yang viral, tren baju, tas dan sepatu branded terbaru, sampai peralatan lari, sepeda harga puluhan juta, semua ini adalah godaan yang sanggup meruntuhkan pertahanan – bila kita tidak kuat iman.
Dalam hidup, semua pasti punya prioritas. Pastikan prioritas-prioritas yang penting – seperti beli rumah, menabung biaya resepsi pernikahan, sampai tabungan darurat, tidak habis digerus untuk memenuhi segala keinginan yang bersumber dari FOMO.
3. Hindari berhutang dalam bentuk apapun
Tergiur promo kartu kredit? Atau cicilan beli iPhone keluaran terbaru? Wajar saja – yang namanya hutang memang dipasarkan sedemikian rupa sehingga terlihat menarik.
Tapi, hutang ya tetap hutang. Yang harus dibayar beserta bunganya. Dan kalau telat bayar, debt collector-nya pasti galak saat nagih, beda jauuuh sama sales yang sukses membujuk kamu untuk melakukan pinjaman tersebut.
Punya kartu kredit boleh, satu atau dua saja dan gunakan untuk hal-hal yang bersifat emergency – atau, kalau mau rutin memakai, ya nggak apa-apa asalkan tagihannya dibayar lunas setiap bulan sehingga tidak bunga berbunga terus.
Pinjaman atau cicilan? Boleh juga, asalkan:
- Untuk hal yang betul-betul penting dan menelan dana banyak. Contohnya, beli rumah. Rumah adalah aset, yang nilainya terus bertambah. Sedangkan mobil adalah kewajiban / liabilitas, yang nilainya akan selalu turun seiring waktu berjalan.
- Punya sumber penghasilan tetap yang bisa meng-cover pinjaman tersebut sampai lunas. Contohnya, gaji sebagai karyawan tetap di kantor.
Idealnya, jumlah cicilan TIDAK BOLEH melampaui batas 25 hingga 30 persen dari keseluruhan gajimu. Misalnya, orang dengan gaji 6 juta, sebaiknya hanya punya cicilan sebesar 1,5 hingga 1,8 juta maksimal.
4. Lindungi dirimu, termasuk harta dan aset lewat asuransi
Harapan kita semua, kita akan selalu hidup bahagia dan sejahtera selama-lamanya. Sukses berkarir dan di kehidupan keluarga, punya rumah dan mobil yang dibayar lunas, menikah lalu dikaruniai anak-anak yang sehat dan lucu, bisa menyekolahkan anak sampai jenjang universitas, hidup harmonis dengan pasangan dan saat sudah pensiun nanti, tinggal menikmati waktu luang dengan keluarga terdekat, bebas secara finansial untuk melakukan kegiatan yang bikin kamu bahagia.
Ya, ini sih impian semua orang. Tapi, kenyataannya, hidup tak selalu seindah itu. Ada banyak kejadian yang tak terduga yang bisa jadi batu sandungan dan menggagalkan kamu menggapai cita-cita hidup bahagia selamanya tersebut.
Bayangkan, amit-amit yaa, tapi coba dibayangkan deh. Di usia 35, kamu, pasangan atau keluarga terdekat, tiba-tiba kena serangan stroke yang berakibat membengkaknya biaya perawatan dan kehilangan sumber pemasukan. Duh, apakah impian untuk hidup bahagia selamanya akan terputus begitu saja?
Jawabannya, sedia payung sebelum hujan. Lindungi dirimu dan keluarga terdekat, termasuk seluruh harta dan aset yang kamu miliki – lewat asuransi. Salah satu syarat mencapai “Financial Freedom” adalah dengan mempunyai perlindungan terhadap risiko – termasuk untuk harta, aset dan dirimu sendiri.
Kenapa harus punya asuransi kalau sudah punya banyak uang dan bergaji besar? Sebab, tanpa adanya perlindungan asuransi, kamu menghadapi hidup yang serba tak pasti dan masa depanmu tergantung sepenuhnya pada fakta apakah kamu akan terus sehat dan produktif, ataukah tidak. Bila kamu bekerja dengan gaji besar, gaji ini adalah penghasilan aktif – saat kamu tidak bisa bekerja lagi, maka penghasilan ini pun ikut terhenti.
Sementara, dengan punya asuransi, artinya kamu punya jaring proteksi yang sudah kamu persiapkan, saat tiba-tiba jatuh sakit kritis, kecelakaan ataupun musibah lainnya termasuk kematian, agar kamu – atau keluargamu – tidak lantas kehilangan pegangan saat badai tiba.
Persiapkan asuransi untuk melindungi kamu dan orang-orang yang paling berharga dalam hidupmu, sehingga apapun yang terjadi, kamu sudah siap menghadapinya.
Yuk, semangat menuju kebebasan finansial!
Milenial dan Gen Z Indonesia yang SMART, punya pilihan keren: BeSMART, solusi lengkap proteksi sekaligus investasi dalam satu polis!
BeSMART adalah produk asuransi tradisional yang memberikan perlindungan berupa Uang Pertanggungan apabila Tertanggung meninggal dunia hingga usia 100 tahun. BeSMART memberikan fleksibilitas bagi Anda untuk memilih jangka waktu pembayaran premi serta memiliki berbagai jenis Manfaat Tambahan.
BeSMART punya beberapa keunggulan. Mulai dari Pengembalian Premi apabila Tertanggung hidup sampai berusia 81 hingga 90 tahun, beragam manfaat tambahan yang dapat dipilih sesuai kebutuhan, dan Pilihan Masa Pembayaran Premi yang fleksibel.
BeSMART juga punya berbagai benefit ekstra, seperti Booster SA, manfaat tambahan yang memberikan Uang Pertanggungan lebih banyak. Kemudian, ada Critical Illness Benefit, manfaat ekstra perlindungan terhadap penyakit kritis, yang besarnya adalah 50 persen dari Uang Pertanggungan Manfaat Utama.
Let’s BeSMART and get your own protection today!